GELORA.CO - Butir-butir Pancasila tidak bisa hanya dikerdilkan seorang pemimpin hanya untuk kepentingan pribadi semata. Terlebih, nilai Pancasila tidak hanya diterima seluruh masyarakat Indonesia, melainkan dunia.
Demikian disampaikan aktivis kemanusiaan yang juga mantan Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai dalam wawancara mengenai perdebatan hari lahir Pancasila bersama Vasco Ruseimy yang dikutip redaksi di situs berbagi video YouTube, Minggu (14/6).
"Ketika bicara kemanusiaan semuruh dunia terima, ketika bicara persatuan juga sama, demokrasi, keadilan juga sama. Maka nilai-nilai Pancasila nilainya universal. Putih, bukan merah," kata Natalius Pigai, Minggu (14/6).
"Pemimpin harus menghindari personifikasi Pancasila menjadi seorang individu," sambungnya.
Secara tegas, Pigai pun menjabarkan mengenai lahirnya Pancasila yang seakan berupaya dikerdilkan sejumlah pihak.
"Saya seorang Kristen Katolik yang taat. Saya hanya percaya Tuhan Yesus, tetapi kebenaran faktual sejarah, historis, antropoliogis, sosiologis kita tidak bisa mnenafikan meskipun keyakinan kita berbeda. Pancasila itu lahir ketika umat Islam menarik dengan ikhlas 7 kata dari Pancasila," tegas Pigai.
Tujuh kata yang dimaksud Pigai yakni 'dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya'. Ketujuh kata ini mengikuti kata 'Ketuhanan' dalam Piagam Jakarta sebagai Pembukaan UUD 1945.
"Ketikanada yang mengajukan tanggal lahir Pancasila di mana bukan peristiwa bertepana dengan penarikan 7 kata yang diikhlaskan umat Islam, itu dipertanyakan, tujuannya apa? Mempersonifikasikan individu, diidentikkan dengan aliran politik?" tandasnya. (Rmol)