GELORA.CO - Pengamat BUMN Toto Pranoto menilai, enam bulan masa kerja Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina belum ada terobosan. Pranoto mengaku belum melihat sesuatu yang luar biasa dari kinerja Ahok di Pertamina, kutip laman asia.nikkei.com hari Jumat (12/6).
“Pertamina berada dalam situasi yang sulit karena jatuhnya harga minyak dunia yang tajam, karena 70% kegiatan Pertamina berada di sektor hulu,” kata Toto Pranoto, Direktur Pelaksana Institut Manajemen Universitas Indonesia. “Kesulitan keuangan tidak bisa dihindari.”
Mengingat pengangkatan Ahok untuk memimpin Pertamina sudah mendapat perlawanan yang kuat, termasuk dari serikat buruh perusahaan, Pranoto mengharapkan lebih banyak terobosan jika Ahok ditunjuk untuk memimpin relokasi modal. Sayangnya, kempimpinan Ahok dinilai banyak menciptakan kontroversi.
“Gaya kepemimpinan Ahok menciptakan banyak kontroversi,” kata Pranoto. “Ahok sebagai pejabat publik adalah sosok yang kontroversial,” tambahnya dikutip laman asia.nikkei.com.
Ia bahkan dikritik baru-baru ini karena hanya men-tweet tentang program cashback pembelian bahan bakar Pertamina untuk ojek online sepeda motor. Pranoto menambahkan bahwa ia belum melihat sesuatu yang luar biasa dari kinerja mantan wakil gubernur DKI Jakarta ini.
Media yang berkantor pusat di Jepang ini juga menyinggung beberapa rencana kebijakan Ahok di Pertamina. Ahok juga mengumumkan bahwa Pertamina akan melibatkan konsultan termasuk EY, BCG dan McKinsey untuk mengidentifikasi praktik korupsi di perusahaan yang luas dan membantu membersihkan proses pengadaannya. Ahok mengatakan ia akan merekrut tim auditor dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun ini.
Ahok juga mengungkapkan beberapa rencana besar Pertamina lainnya selama forum Abu Dhabi – termasuk penawaran umum perdana untuk beberapa dari 140 anak perusahaan, dan menetapkan target ambisius untuk menciptakan kapitalisasi pasar senilai 100 miliar AS dolar atau sekitar Rp1,4 billiun.
Dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah, Pertamina juga merupakan target utama oleh Menteri BUMN Thohir, yang secara terbuka mendukung gagasan perusahaan dalam mewujudkan nilai dengan melepas aset yang tidak berfungsi.
Lembaga pemeringkat Fitch Ratings menilai, pemangkasan produksi minyak dan gas akan berdampak besar, mengingat Pertamina dan anak perusahaanya penyumbang terbesar produksi minyak.
“Dampak dari [pemotongan] pada produksi minyak dan gas jangka pendek di Indonesia akan parah mengingat bahwa Pertamina dan anak perusahaannya masing-masing menyumbang sekitar 24,0% dan 30,0% dari total produksi minyak dan gas,” menurut Fitch Solutions dikutip asia.nikkei.com.
Dekat dengan Penguasa
Asia.nikkei juga mengungkapkan kedekatan pria keturunan Tionghoa ini dengan partai penguasa. Sebagai anak didik presiden Joko Widodo (Jokowi), Basuki Tjahaja Purnama dinilai terbukti secara hukum melakukan penistaaan agama Islam, menyebabkanya dipenjara selama hampir dua tahun dan menggagalkan kansnya menjadi gubernur Jakarta 2017.
“Awal dari penjara adalah waktu tersulit yang pernah saya alami,” kata Ahok dalam memoir berjudul “Panggil Saya BTP“, yang ditulis pada saat ia berada di penjara. “Luar Biasa. Marah karena merasa dikhianati oleh orang-orang dan merasa ditinggalkan.”
“Aku tidak bisa menerimanya,” Ahok menambahkan. “Aku ingin melarikan diri tetapi aku takut penjaga penjara akan menembakku. Aku sering terbangun di tengah malam, tidak bisa tidur. Dadaku terasa sesak dan bagian belakang kepalaku terasa panas.”
Kedekatannya dengan Presiden Jokowi, dan partai penguasa di Indonesia, membawanya kembali ke jajaran atas birokrasi pemerintahan di negara ini, setelah menjalani masa hukumannya, kutip laman asia.nikkei.com.
Meski pernah mendekam di penjara, empat tahun terakhir tidak mengurangi aspirasi politiknya, memperkuat hubungan dengan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri. Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) telah mengunjunginya empat kali selama 20 bulan penahanannya. Hingga akhirnya, tahun 2019, Menteri Negara BUMN Erick Thohir menunjuk Ahok untuk menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina, kutip media itu.
Menurut analis politik Tobias Basuki, orang Indonesia tetap terpecah tajam – antara kelompok pendukung Ahok (Ahokers) dan kelompok yang anti- dan tidak ada yang bisa dilakukan Ahok untuk mengubah pikiran mereka yang sudah keras. “Bahkan jika Ahok ditunjuk sebagai kepala otoritas modal baru … Saya tidak berpikir itu posisi yang bergengsi,” kata Basuki, yang tetap skeptis bahwa pekerjaan apa pun dapat meningkatkan popularitas Ahok kembali. []