GELORA.CO - Kritikan pengamat politik Ade Armando yang menyebut mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin dengan diksi 'dungu' tidak kontekstual. Terlebih Din adalah ulama besar yang sudah sarat pengalaman.
“Kritiknya kepada Din Syamsuddin sangat tidak kontekstual. Saya melihat pemerintah sekalipun tidak keberatan dengan diskusi itu. Itu adalah bagian dari penyampaian gagasan dan pemikiran di ruang publik yang diakui dan dilindungi undang-undang,” kata mantan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Saleh Partaonan Daulay kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (1/6).
Terlebih bila menilik latar belakang pendidikan Ade Armando yang dibesarkan di Universitas Indonesia. Tudingan yang disampaikan tidak memiliki norma yang patut dikeluarkan oleh seorang aktivis. Ade diminta membaca kembali siapa Din Syamsuddin dan kontribusinya bagi negara.
“Aneh, Ade Armando mengkritik Din Syamsuddin rasanya tidak level. Dia harus membaca dan mempelajari jam terbang Din Syamsuddin," jelasnya.
Menurut politisi PAN ini, Din Syamsuddin selalu merepresentasikan Indonesia di banyak forum, mulai dari level nasional maupun internasional. Hal itu tentu berbeda dengan Ade Armando yang lebih banyak aktif di sosial media.
“Kalau Ade ini forumnya ya di sosmed aja. Bahkan kelihatannya, ruang dia sangat terbatas di FB. Dia selalu memposting yang membuat orang kesal dan jengkel. Dia sangat senang kalau banyak orang yang komentar. Kayaknya, dia dapat kepuasan spritual dari situ,” tandasnya.
Dalam postingannya, Ade Armando menyebut Muhammadiyah tengah menggulirkan isu pemakzulan kepada presiden. Hal itu ia sampaikan menanggapi webinar Masyarakat Hukum Tata Negara Muhammadiyah (Mahutama) dan Kolegium Jurist Institute (KJI) yang bertema 'Menyoal Kebebasan Berpendapat dan Konstitusional Pemakzulan Presiden di Era Pandemi Covid-19'.
"Isu pemakzulan presiden digulirkan Muhammadiyah. Keynote speaker-nya Din Syamsuddin, si dungu yang bilang konser virtual corona menunjukkan pemerintah bergembira di atas penderitaan rakyat," tulis Ade Armandi di akun Facebooknya. (Rmol)