GELORA.CO - Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menilai jabatan Menteri kabinet pemerintahan Joko Widodo hanyalah hadiah untuk pendukung politik dan finansial.
Pernyataan Rizal Ramli ini mengomentari cuitan deputi Batlitbang Partai Demokrat Syahrial Nasution di Twitter terkait pernyataan Presiden Jokowi yang membuka opsi reshuffle kabinet. Jokowi sendiri kecewa dengan kinerja dari para Menterinya.
“Wong posisi kabinet hanya untuk hadiah-hadiah pendukung politis & finansial Wajah menyeringai keberpihakan kepada rakyat rendah, kapasitas payah, kebanyakan tidak memiliki track record bisa ‘turn-around’(mengubah jadi lebih baik) secara makro dan korporasi. Eh udah gitu, masih ada yang aji mumpung,” tulis Rizal Ramli dikutip di Twitternya, Minggu (28/6/2020).
Wong posisi kabinet hanya untuk hadiah2 pendukung politis & finansial 😀 Keberpihakan kepada rakyat rendah, kapasitas payah, kebanyakan tidak memiliki track record bisa ‘turn-around’(mengubah jadi lebih baik) secara makro dan korporasi. Eh udah gitu, masih ada yg aji mumpung 😀 https://t.co/7T7ZlngK8Q— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) June 28, 2020
Rizal pun mengatakan bahwa berdasarkan semua indikator ekonomi neara ini semua merosot. Bukan saja karena wabah corona. Namun sebelum itu indikator sudah menujukan kemerosotan.
“Semua indikator-indikator merosot payah. Sebagian karena corona, tapi sebelum corona, trend indikators memang sudah merosot - tapi hanya sibuk ngeles Wajah menyeringai piye toh Pak @Jokowi? Karena Menteri hanya hadiah untuk pendukung politik & finansial,” kata Rizal.
Semua indikator2 merosot 👎 Sebagian karena corona, tapi sebelum corona, trend indikators memang sudah merosot - tapi hanya sibuk ngeles 😀 Piye toh Pak @jokowi ? Krn menteri hanya hadiah utk pendukung politik & finansial. pic.twitter.com/2hV5XfVpcN— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) June 28, 2020
Sebelumnya deputi Batlitbang Partai Demokrat Syahrial Nasution mengatakan Jokowi sedang memikirkan untuk reshuffle kabinet dan kesal karena tidak ada progress signifikan yang dilakukan dalam menghadapi krisis Covid-19.
“Jokowi sedang memikirkan untuk reshuffle kabinet. Jengkel dan kesal karena ada ketidaksamaan perasaan antara presiden dan para Menteri dalam mengatasi masalah 267 juta rakyat. Tidak ada progress signifikan yang dilakukan dalam menghadapi krisis Covid-19.,” tulisnya.[]