GELORA.CO - Ustaz Abdul Somad atau UAS mengungkapkan beberapa dampak yang harus dia terima setelah menyatakan diri mendukung Prabowo Subianto dalam Pemilu 2019 lalu.
Meskipun UAS dukung Prabowo, tapi dia mengaku bukan fans Prabowo. Dampak yang dia terima juga bukan semata-mata materi.
Pengakuan ini terungkap dalam acara Dialog Bersama UAS yang bertajuk "Ulama dalam Pusaran Politik Indonesia". Dalam acara itu UAS berdialog dengan ahli hukum tata negara Refly Harun.
Video dialog itu diunggah ke kanal YouTube Ustadz Abdul Somad Official, Kamis (4/6/2020).
"Yang pertama, saya tidak menjadi fans orang, tapi ide dan gagasan. Sehingga saya tidak kecewa, karena gagasan akan diperjuangkan oleh siapapun," ucap UAS kepada Refly.
Alasan kedua, Ustaz Abdul Somad mengatakan tidak berpikir sendiri saat memutuskan mendukung Prabowo.
"Saya mendengarkan fatwa ulama. Mereka yang menyuruh saya. Lalu kemudian ketika saya sampaikan dengan segala konsekuensinya saya terima," ujarnya.
UAS menegaskan tidak ada kekecewaan sedikitpun pada dirinya lantaran Prabowo pada akhirnya berganti haluan dan bergabung dengan Jokowi.
"Saya hanya melakukan yang perlu saya lakukan. Agar umat tidak menyalahkan saya di masa akan datang. Agar saya tidak abu-abu, saya bersikap, saya punya prinsip," kata UAS.
Ia menambahkan, "Walaupun di balik itu saya harus membayar high cost, harga mahal dengan bully, kebencian, dengan putus persahabatan. Jadi tidak ada kekecewaan sedikitpun."
Lalu Refly menyinggung soal beberapa kali UAS ditolak melakukan ceramah.
Abdul Somad menceritakan beberapa BUMN yang membatalkan acara yang melibatkan dirinya pasca menyatakan mendukung Prabowo.
"Ada satu BUMN yang sudah menyiapkan 3000 nasi kotak, tiba-tiba membatalkan dua jam sebelum tablig akbar. Ada BUMN yang mengundang saya setahun sebelumnya untuk hari ulang tahun, dibatalkan seminggu sebelum hari H. Ada yang siap-siap umroh bersama saya 600 orang sudah siap tiketnya, hotelnya, dibatalkan," tutur UAS.
Menanggapi cerita itu, Refly mengatakan, perlakuan yang didapat UAS adalah diskriminatif.
Mantan komisaris utama Pelindo I itu berpendapat, negara harus bersikap netral di tengah-tengah masyarakat dengan tidak mengelompokkan tertentu karena berbeda pandangan politiknya.
"Itu perlakuan diskriminatif dan tidak equality before the law. No matter anda dukung 01 atau 02, perlakuan harus sama, kan begitu," kata Refly.
UAS mengaku tidak pernah bertemu dengan Prabowo setelah kalah dalam pemilu dan menjadi Menteri Pertahanan.
"Saya tidak ada kontak, tidak ada bertemu, hanya tetap mendoakan mudah-mudahan kita senantiasa istiqomah dalam lailahaillallah muhammadarrasulullah," ucap UAS.
Refly juga bertanya kepada UAS apakah pernah bertemu Jokowi. Pedakwah ini pun mengaku tidak pernah bertemu dengan Jokowi hingga sekarang. (*)