GELORA.CO - Apa hubungan pelabuhan besar Belanda dengan pelabuhan Rumania di Laut Hitam? Bagaimana sebuah kota menjadi relevan dengan zona tanpa batas Eropa, di mana Belanda sudah menjadi bagiannya?
Bagi banyak orang di Rumania, jawabannya terletak pada alasan rumit yang membuat negara mereka keluar dari zona bebas visa terbesar di dunia, meskipun telah bergabung dengan Uni Eropa pada 2007.
Wilayah Schengen menandai 35 tahun kesepakatan bersama pada pekan lalu. Marcel Gascón Barberá dalam artikelnya di Balkan Insight memaparkan munculnya teori yang menuduh Belanda telah memblokir akses Rumania ke group Schengen untuk melindungi kepentingan pelabuhannya di Rotterdam.
Terhitung, Belanda telah berulang kali memblokir akses Rumania dan Bulgaria ke perjanjian gerakan bebas 26 negara.
Wilayah Schengen merupakan kawasan yang terdiri dari 26 negara Eropa yang resmi menghapus kebijakan paspor dan semua jenis kontrol perbatasan pada masing-masing kawasan perbatasan yang dikenal sebagai perjanjian Schengen.
Namun, para pejabat Belanda menyangkal hal itu. Menurut mereka itu tidak ada hubungannya Rotterdam. Namun, menurut banyak orang di Rumania, penjelasan ini adalah bohong.
Mereka mengatakan alasan sebenarnya di balik veto itu adalah bahwa aksesi Rumania ke Schengen akan memungkinkan barang-barang dari Rumania beredar di pasar-pasar UE terbesar tanpa kendali perbatasan, yang akan meningkatkan kapasitas impor dan ekspor Rumania dan khususnya yang ada di Constanta, kota yang terletak di sebelah timur Rumania. Belanda merasa terancam.
“Pelabuhan Rumania kemudian akan menarik lalu lintas angkutan laut yang sekarang terkonsentrasi di Rotterdam, mengancam posisinya yang hampir hegemonik di Eropa,” tulis Barberá, dikutip dari Balkan Insight, Senin (22/6).
Dorin Popescu, Presiden Black Sea House, sebuah institut analisis geopolitik dan ekonomi yang berbasis di Constanta, mengatakan ia meragukan bahwa pekerjaan dan prospek Rotterdam dan Constanta saling terkait.
"Saya sangat yakin bahwa tidak akan ada efek negatif, baik politik maupun ekonomi, untuk pelabuhan Rotterdam jika Rumania bergabung dengan Schengen," katanya.
Berbicara dalam sebuah wawancara telepon, profesor universitas dan mantan diplomat itu menjelaskan bahwa kedua pelabuhan tidak bersaing secara langsung, tidak bekerja dengan rute yang sama, dan tidak melayani jenis barang yang sama.
Senada dengan Popescu, Marek Dabrowski seorang sarjana non-residen di think tank ekonomi Bruegel di Brussels, mengatakan bahwa Constanta tidak dapat dianggap sebagai pesaing potensil untuk Rotterdam.
"Pandangan yang sangat dangkal pada statistik yang memberikan jawaban yang tidak perlu dipertanyakan, bahwa Constanta tidak dapat dianggap sebagai pesaing potensial untuk Rotterdam," katanya.
Dabrowski menyoroti bahwa kedua port tersebut bahkan tidak berada di liga yang sama.
“Rotterdam adalah pelabuhan laut Uni Eropa terbesar dengan layanan angkutan laut lebih dari dua kali lipat dibanding Antwerpen, sementara Constanta berada di luar 20 pelabuhan laut Uni Eropa teratas, yang melayani angkutan laut yang lebih dari 10 kali lebih sedikit daripada Rotterdam,” tegasnya.
Menurut Dabrowski, bergabung dengan Schengen tidak akan berdampak banyak pada perdagangan Rumania. “Pergerakan barang bebas, terutama seperti wadah atau produk massal, seperti minyak, batubara, dan lain-lain, sudah diberikan untuk Rumania sebagai anggota Uni Eropa dan serikat pabeannya," katanya.
Jika Rumania bergabung dengan Schengen, ia menyimpulkan, tidak akan berdampak besar bagi Rumania secara komersial.
Presiden Gedung Laut Hitam Popescu mencatat bahwa persepsi tentang constanta sebagai saingan mematikan bagi pelabuhan-pelabuhan utama Eropa telah ada sejak era komunis, ketika wacana chauvinis yang dipromosikan oleh rezim tersebut mengedarkan gagasan bahwa pelabuhan Rumania adalah di antara tiga pelabuhan teratas di benua.
Kita seharusnya tidak menjadi sandera ideologi itu," kata Popescu, yang menasihati orang-orang Romawi yang menyerah pada apa yang disebutnya scenaritis, kecanduan skenario aneh yang memengaruhi imajinasi masyarakat banyak, yang melahirkan timbulnya alasan-alasan yang tidak jelas untuk setiap aksi politik.(rmol)