Penulis: Tony Rosyid
Sejak keluar Maklumat MUI, banyak isu muncul. Dari isu ringan, sampai isu berat. Macam-macam dan banyak jumlahnya. Tapi, nampaknya umat lebih tertarik pada isu RUU HIP.
Kenapa? Pertama, umat sadar bahwa untuk sukses memperjuangkan sesuatu perlu fokus. Kalau gak fokus, bisa ambyar. Kedua, RUU HIP diyakini sebagai anugerah. Hadir untuk menyatukan umat. Dengan RUU HIP, umat jadi solid. Ketiga, umat sudah paham -dan tak mau lagi dijebak dengan adanya- pengalihan isu. Itu lagu lama, kata mereka.
Karena itu, umat tak bergeser dari isu RUU HIP. Meski media Online dan TV mengangkat isu lain terus menerus untuk menutupi berita RUU HIP. Isu-isu lain itu datang dan pergi. Silih berganti. Tapi, gak lama bertahan.
Apalagi sejak lama umat punya keyakinan bahwa hampir semua media mainstream berada dalam tekanan dan kepentingan. Seringkali gak fair dalam pemberitaan. Ratusan ribu hingga jutaan umat turun ke jalan gak ditayangkan, sementara 30 orang demo kontra umat disiarkan. Bahkan diulang-ulang. Peristiwa itu hampir mendominasi semua berita TV. Begitulah potret media mainstream di negeri ini. Kolokan! Kata umat.
Faktor ini yang menyebabkan para aktifis umat malas nonton TV. Tak sedikit yang sama sekali tak mau lagi hidupkan TV. Banyak tipu-tipu dan pencitraannya, kata para aktifis itu.
Di sisi lain, medsos jadi alternatif pilihan. Habis shalat shubuh sudah sibuk buka medsos. Medsos dianggap lebih polos dan vulgar. Apa adanya dan obyektif. Semua informasi telanjang disampaikan. Gak ada tim sortir. Bebas tekanan. Baca, langsung copas. Tonton, langsung share. Nampaknya, medsos sudah menjadi tempat berselancar yang mengasikkan bagi para aktifis itu.
Betul juga sih! Berapa jam anda buka medsos? Coba bandingkan, berapa lama anda nonton Tv dan membaca berita di media mainstream?
Di medsos, kadang ada Hoax. Tak bisa dipungkiri. Itu wajar! Tapi, secara alami, Hoax pun akhirnya terklarifikasi dengan sendirinya. Inilah hukum medsos. Fair dan jujur. Satu dengan yang lain saling kontrol dan mengingatkan. Ini jauh lebih beradab dari media mainstream.
Medsos saat ini didominasi isu penolakan terhadap RUU HIP. Setiap hari beredar meme, tulisan dan video demo RUU HIP. Penolakan RUU HIP dan pengusutan para oknum dibalik RUU HIP jadi trending topik. Sudah berminggu-minggu lamanya. Tak bergeser oleh pengalihan isu. Apapun isu itu.
Diantara yang berkontribusi untuk menjaga, bahkan menaikkan isu RUU HIP itu adalah adanya ancaman kepada umat Islam yang demo. Rating isu makin tinggi. Sebab, ancaman itu seperti menyiram api kemarahan umat. Lalu, terjadilah demo yang makin masif di berbagai daerah. Hari ini ada demo di Tegal. Massa Longmarch ke DPRD. Sepertinya, si pengancam salah hitung. Gak taktis.
Ingat kawan! Silahkan demo. Perjuangkan keyakinan anda. Siapapun anda. Dimanapun berada. Sebesar apapun massa bersama anda. Apapun yang anda perjuangkan. Itu hak konstitusional anda. Tapi, jaga dan kendalikan diri. Jangan terprovokasi. Gak boleh melanggar hukum. Sekecil apapun. Karena itu akan merusak citra dan niat anda. Indonesia bangsa beradab. Dan orang-orang beradab itu taat hukum. Sok bijak! Hehe
Yang menarik, isu RUU HIP ini tidak saja berhenti pada tuntutan untuk dibatalkannya pembahasan. Tapi, justru diarahkan juga untuk menuntut adanya pengusutan para oknum di balik RUU HIP. Disinilah faktor krusialnya. Bisa menyasar orang, kelompok, bahkan partai pengusul.
Apakah isu RUU HIP ini akan sukses menyeret para oknum itu ke pengadilan? Semua mata di negeri ini sedang ingin mengukur kembali bagaimana ketegasan hukum di era Pak Jokowi ini. Fokus! (*)
Jakarta, 30 Juni 2020