GELORA.CO - Rencana penurunan harga BBM di saat harga minyak dunia turun yang disampaikan Presiden Joko Widodo pada tiga bulan lalu tak terlaksana hingga saat ini.
Harga premium dan pertalite yang banyak dikonsumsi rakyat kecil tidak mengalami penurunan harga.
Hal itu disampaikan Peneliti Insititut Riset Indonesia (Insis), Dian Permata yang mengingat pernyataan Presiden Jokowi pada 18 Maret kemarin atau tepatnya tiga bulan lalu yang meminta para menterinya untuk mengkalkulasi rencana penurunan harga BBM subsidi maupun non-subsidi.
"Pada waktu itu, Jokowi menekankan harga BBM bakal turun lantaran merosotnya harga minyak dunia ke level 30 dolar AS per barel. Harga minyak mentah dunia menunjukkan penurunan tajam. Namun, hingga saat ini harga BBM di Indonesia belum turun," ucap Dian Permata kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (19/6).
Dian pun membandingkan Presiden Joko Widodo dengan janin yang ada di dalam kandungan seorang Ibu. Dimana, janin yang berusia 90 hari kata Dian sudah memperlihatkan alat panca indranya.
"Artinya, sudah tiga bulan rencana itu berlalu tanpa ditunjukan rencana tindak lanjutnya. Jika janin 90 hari itu maka alat panca indera si bayi sudah mulai terlihat. Ini tidak, 90 hari kita nyaris tidak mendengar untuk rencana eksekusi kebijakan tersebut," terang Dian.
Akibatnya, anggapan miring bahwa Pertamina mengambil untung besar mulai ramai dipergunjingkan oleh masyarakat.
"Bahkan, ada yang menghitung harga Pertalite itu Rp 5000. Cukup fantastis jika hitungan itu benar dan keuntungan yang disedot Pertamina dari masyarakat per liternya," jelas Dian.
Bahkan, Dian pun mempertanyakan peran sosok mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang kini menjadi Komisaris Utama (Komut) PT Pertamina.
Hal ini sekaligus mempertanyakan, apa sumbangsih Ahok dalam situasi tuntutan masyarakat agar harga BBM turun?" pungkas Dian. (Rmol)