GELORA.CO - Rasa bangga Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan untuk Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati karena dipuji oleh Bank Dunia cukup mengherankan.
Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun menyebutkan, apa yang disampaikan oleh Bank Dunia merupakan komentar standar yang sering dilakukan kepada para pemohon utang, seperti Indonesia.
"Itu Luhut geer aja. Implikasi rezim yang haus puja-puji. Padahal itu Bank Dunia memberi komentar standar memang begitu, sebagai lembaga donor yang memberikan pinjaman ya tentu memuji peminjam," ucap Ubedilah Badrun kepada RMOL, Senin (22/6).
Apalagi kata Ubedilah, Indonesia melalui Menkeu Sri Mulyani sangat berkorban agar mendapatkan pujian dengan terus melakukan pinjaman uang meskipun rakyat yang harus menanggung di masa mendatang.
"Seperti Indonesia yang pinjamannya terus bertambah dan cicilannya terus bayar meski harus membuat rakyat menanggung utang ratusan tahun. Mereka tak sampai membaca problem defisit APBN, pengangguran dan kemiskinan yang terus bertambah," terangnya.
Bahkan sambung Ubedilah, utang dengan tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia tidak memiliki korelasi.
"Tidak ada korelasi signifikan antara pujian Bank Dunia karena utang Indonesia yang bertambah dengan tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia," tegasnya.
Buktinya, kata dia, ialah angka kemiskinan bertambah hingga saat ini angkanya mencapai 28 juta, pengangguran bertambah menjadi 6,88 juta orang dan angka pertumbuhan ekonomi minus hingga terkoreksi bisa minus 3 persen pada kwartal II 2020 ini.
"Jadi pujian itu biasa saja standar, tidak perlu di besar-besarkan, aneh juga kalau orang seperti Luhut bangga dan bahagia dipuji karena utang bertambah," pungkasnya. []