GELORA.CO - Situasi Laut China Selatan diprediksi bakal terus memanas, seiring dengan aksi kampanye militer China di kawasan tersebut. Salah satu yang meradang adalah Amerika Serikat (AS), yang menganggap Partai Komunis China (CPC) adalah ancaman.
Dalam sebuah konferensi virtual Forum Brussels, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, memastikan bahwa pasukan Angkatan Bersenjata AS akan ditempatkan di sejumlah lokasi baru.
Pengerahan ini ditegaskan Pompeo adalah bagian dari perlawanan terhadap ancaman Partai Komunis China. Setelah memastikan bahwa AS bakal melakukan transfer masif pasukan ke India, sejumlah negara Asia Tenggara juga dalam pengawasan militer AS.
Ternyata, salah satu yang disebut Pompeo adalah Indonesia. Selain Indonesia, ancaman Partai Komunis China juga dianggap bakal berakibat buruk untuk sejumlah negara lainnya, Filipina, Malaysia, dan Vietnam.
"Akan Ada tempat lain (alokasi pasukan Amerika). Saya baru saja berbicara tentang ancaman dari Partai Komunis China. (Ada) ancaman untuk India, Vietnam, Indonesia, Laut China Selatan, dan Filipina," ucap Pompeo dikutip dari Hindustan Times.
"Kami berpikir bahwa itu adalah tantangan waktu bagi kami, dan kami memastikan kami punya sumber daya untuk melakukan itu (pengamanan)," katanya.
Akhir pekan lalu, pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah mengerahkan empat kapal perang ke Perairan Natuna. Dalam berita VIVA Militer, 19 Juni 2020, Panglima Komando Armada I Laksamana Muda TNI Ahmad Heri Purwono, memastikan pengerahan ini adalah respons TNI dari memanasnya tensi konflik di Laut China Selatan.
"Saat ini situasi meningkatnya tensi di Laut China Selatan ditandai dengan hadirnya kekuatan Angkatan Laut negara-negara yang berkepentingan menimbulkan kekhawatiran di negara-negara kawasan," kata Panglima Komando Armada I Laksamana Muda TNI Ahmadi Heri Purwono.
Empat kapal perang yang sudah siaga di Perairan Natuna adalah KRI KRI Bung Tomo 375, KRI Yos Sudarso 353, KRI Wiratno 379 dan KRI Bontang 907. (*)