GELORA.CO - Masa embargo ekonomi dan senjata Iran akan segera berakhir pada Oktober 2020. Dengan segala cara, Amerika Serikat (AS) berusaha untuk terus menghimpun dukungan agar sanksi embargo Negeri Mullah diperpanjang.
Usaha Amerika untuk memperpanjang masa embargo membuat hubungan Negeri Paman Sam dengan Iran kembali memanas. Meski masih terbelenggu sanksi, Iran tetap mampu menciptakan sejumlah senjata sebagai sikap perlawanan terhadap Amerika.
Sebuah pernyataan kontroversial dilontarkan oleh Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo. Dalam cuitan di akun Twitter pribadinya, Pompeo menyatakan kekhawatirannya jika Iran berhasil melewati sanksi embargo pada Oktober nanti.
Dengan berani Pompeo menyebut bahwa Iran bisa mengancam sejumlah negara di Eropa dan Asia, andai masa sanksi embargonya berakhir.
Pompeo yakin, Iran akan langsung membeli sejumlah peralatan tempur sesaat setelah masa sanksinya usai. Mantan perwira Angkatan Darat AS ini mengaitkan dua negara pesaing Amerika, Rusia dan China. Iran diyakini bakal membeli dua jet tempur canggih, Sukhoi Su-30 dari Rusia, dan Chengdu J-10 dari China.
"Jika Embargo Senjata PBB berakhir Oktober, Iran akan bisa membeli pesawat tempur baru seperti SU-30 dari Rusia dan J-10 dari China. Dengan pesawat tempur yang mematikan ini Eropa dan Asia akan menjadi bidikan Iran. Amerika tidak akan membiarkan ini terjadi," tulis Pompeo.
If the @UN Arms Embargo on Iran expires in October, Iran will be able to buy new fighter aircraft like Russia’s SU-30 and China’s J-10. With these highly lethal aircraft, Europe and Asia could be in Iran’s crosshairs. The U.S. will never let this happen. pic.twitter.com/OwV1gHFjrk— Secretary Pompeo (@SecPompeo) June 23, 2020
Pernyataan Pompeo terkait masa embargo Iran yang akan segera berakhir, diprediksi bakal memicu ketegangan juga dengan Rusia dan China. Yang lebih mengkhawatirkan, pernyataan ini ditulis Pompeo saat Rusia tengah merayakan peringkatan Hari Kemenangan (Victory Day) ke-75.
Sejumlah pemimpin negara dunia saat ini tengah berada di Rusia, untuk memenuhi undangan Presiden Vladimir Putin dalam perayaan tersebut. Termasuk, Menteri Pertahanan China, Wei Fenghe, yang diutus oleh Presiden Xi Jinping. []