Oleh:Adian Radiatus
NATALIUS Pigai mendukung kebebasan berpendapat mengkritik pejabat negara. Itu esensi negara demokrasi. Publik mencermati pejabat publik. Lumrah.
Sayangnya ada pejabat yang masih belum menyelami makna demokrasi berpendapat ini.
Adalah politisi Golkar bernama Yahya Wangania, tanpa etika elite yang biasa menjadi 'trade mark' partainya telah menyerang tokoh HAM Nasional, Natalius Pigai.
Foto yang diposting menyandingkan Pigai dengan hewan orang utan diiringi narasi pulanglah, Kakak Pigai, kembalilah ke habitat.
Hal itu sungguh merupakan pelecehan pribadi tokoh nasional dari Timur Indonesia yang selama ini mewarnai kehidupan HAM Indonesia.
Perbuatan tersebut sekaligus menodai demokrasi yang selama ini menjadi karpet merah partai Golkar dalam menjunjung kebebasan berpendapat dan berekspresi.
Kejadian tidak mendidik oleh anggota Golkar ini harus mendapat teguran, klarifikasi dan permintaan maaf langsung dari Ketum Golkar kepada Natalius Pigai.
Jangan sampai pelecehan itu mengundang kemarahan warga Indonesia Timur. Karena bahasa yang digunakannya sungguh sangat melukai perasaan daerah dimana Natalius Pigai lahir sebagai bagian utuh anak bangsa Indonesia.
Ketum Golkar dan jajarannya harus segera bertindak sehingga akibat pelecehan seorang anggotanya tidak jadi meluas sebagai sentimen kedaerahan yang tidak pernah boleh lagi tumbuh di tanah air ini.
Turunkan cermin buruk Golkar yang diakibatkan ulah seorang anggota bernama Yahya Wanganai itu.
(Pengamat sosial dan masalah perkotaan. )