GELORA.CO - Seorang dokter yang kontroversial di Prancis pada Senin (25/5/2020) menegaskan keyakinannya bahwa obat antimalaria hidroksiklorokuin dan klorokuin dapat membantu pasien sembuh dari infeksi virus corona (Covid-19). Pandangannya itu sekaligus menolak penelitian yang mengindikasikan bahwa kedua obat itu tidak ada manfaatnya bagi pasien corona.
Dokter itu bernama Profesor Didier Raoult. Dia telah menjadi terkenal seantero Prancis selama krisis pandemi Covid-19 karena kepercayaannya yang kontroversial. Dokter yang bermarkas di Marseille itu bahkan dikunjungi langsung oleh Presiden Emmanuel Macron ketika sang kepala negara meminta pendapat para ahli terkait pengobatan corona.
Raoult secara konsisten berargumen bahwa hidroksiklorokuin dan klorokuin memiliki manfaat nyata dalam penyembuhan pasien Covid-19. Sikap dokter jebolan Universitas Aix-Marseille itu juga didukung keras oleh Presiden AS Donald Trump yang mengaku mengonsumsi kedua obat itu sebagai langkah pencegahan.
“Bagaimana bisa penelitian yang berantakan dilakukan dengan ‘data besar’ mengubah apa yang kami lihat?" tutur Raoult dalam video yang diunggah pada laman web Rumah Sakit Penyakit Menular Universitas Aix-Marseille.
“Di sini kami memiliki 4.000 orang yang datang ke rumah sakit kami. Anda jangan mengira saya akan berubah karena ada orang yang membuat ‘data besar’ (bahwa hidroksiklorokuin dan klorokuin tak efektif bagi pasien corona), yang cuma menjadi semacam khayalan,” katanya seperti dikutip AFP.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan telah menunda uji coba hidroksiklorokuin untuk pengobatan pasien Covid-19 dengan dalih masalah keamanan. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, penggunaan obat pada pasien Covid-19 dapat meningkatkan peluang untuk meninggal.
Namun, klaim WHO itu sama sekali tidak memupuskan pendirian Raoult. Pasalnya, dia telah melihat sendiri bagaimana khasiat hidroksiklorokuin dan klorokuin dalam menyembuhkan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Penyakit Menular Universitas Aix-Marseille, tempatnya bekerja.
“Tidak ada yang akan mengubah apa yang telah saya lihat dengan mata sendiri. Ini adalah akhir dari epidemi (corona),” ucap Raoult.
Hidroksiklorokuin biasanya digunakan untuk mengobati radang sendi, sedangkan klorokuin adalah antimalaria. Kedua obat itu dapat menghasilkan efek samping yang serius, terutama aritmia jantung.
Jika merujuk kepada catatan 96.000 pasien di ratusan rumah sakit, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet menemukan bahwa pemberian obat-obatan itu sebenarnya meningkatkan risiko kematian pasien corona.
Diketahui, WHO mendesak Indonesia untuk setop penggunaan klorokuin sebagai obat Corona.
Dikutip dari Reuters, desakan ini disampaikan untuk menunda pengobatan obat malaria karena masalah keamanan, jelas sumber yang tidak disebut namanya kepada Reuters, Selasa (27/5/2020).
Indonesia, negara terpadat keempat di dunia diketahui menggunakan obat ini untuk mengobati semua pasien COVID-19 dengan gejala ringan hingga berat. Bahkan Indonesia telah meningkatkan produksinya sejak Maret lalu.
Sumber anonim ini mengatakan WHO sebetulnya telah mengirim pemberitahuan kepada Kementerian Kesehatan Indonesia untuk menunda pengobatan memakai obat klorokuin.
Erlina Burhan, seorang dokter yang membantu menyusun pedoman pengobatan virus Corona dan anggota dari Asosiasi Pulmonolog Indonesia, mengkonfirmasi bahwa asosiasi tersebut juga telah menerima saran baru dari WHO untuk menangguhkan penggunaan obat-obatan.
"Kami membahas masalah dan masih ada beberapa perselisihan. Kami belum memiliki kesimpulan," kata dr Burhan kepada Reuters. (*)