GELORA.CO - Kementerian Pertanian RI belum lama ini meluncurkan obat herbal Covid-19 berbahan Eucalyptus. Ternyata, di Provinsi Lampung, ada seorang petani yang telah lama menanam dan memrosesnya dalam skala industri rumahan.
Adalah Eko, warga Kecamatan Bandarjaya, Kabupaten Lampung Tengah yang mengaku kaget mendengar kabar tanaman yang dibudidayakannya sejak 2017 itu diluncurkan Kementan RI sebagai alternatif obat Covid-19 tiga hari lalu.
Kepada Kantor Berita RMOLLampung, Senin dini hari (11/5), Eko mengatakan tanaman Eucalyptus Globulus yang ditanam di lahan seluas 2 ha miliknya saat ini sudah setinggi sekitar 2-3 meter.
Dia juga sudah memroses daun Eucalyptus yang dijadikan sebagai inovasi antivirus Covid-19 oleh Kementan RI menjadi minyak yang siap digunakan pasien yang membutuhkan.
Selama ini, menurut Eko, dia sudah mencoba sendiri racikannya itu untuk pengobatan kawan-kawannya yang mengalami sesak napas, jerawat, herves, dan lainnya.
“Hasilnya, sembuh,” katanya.
Sebelumnya, Mentan Syahrul Yasin Limpo me-launching inovasi antivirus berbasis Eucalyptus di Ruang Utama Agriculture War Room (AWR), Jakarta, Jumat (8/5).
Produk inovasi ini merupakan hasil uji laboratorium para peneliti pertanian yang dinilai mampu menangkal penyebaran virus corona.
Syahrul Yasin Limpo mengaku bahan tersebut telah diuji untuk pengobatan virus influenza, virus beta, dan gamma corona dengan hasil 80 sampai 100 persen mampu membunuh virus tersebut.
Bahkan Balitbangtan membuat beberapa prototipe Eucalyptus dengan nano teknologi dalam bentuk inhaler, roll on, salep, balsem, dan defuser.
“Kami akan terus kembangkan dengan target utamanya korban terpapar virus Covid-19,” kata Mentan.
Saat ini, ada sekitar 700 jenis Eucalyptus di dunia dengan kandungan bahan aktif yang beragam. Terutama cineol-1,8 yang memiliki manfaat sebagai antimikroba dan antivirus.
“InsyaAllah ini akan berhasil. Saya berharap inovasi ini bisa cepat dibagikan kepada masyarakat luas,” imbuhnya.
Kepala Balitbang Fajry Jufri menambahkan, sudah mencoba obat herbal ini kepada yang terpapar virus Covid-19 dan hasilnya sangat baik.
“Namun kita masih harus menunggu dari pihak terkait untuk dapat mendistribusikan,” katanya.
Eucalyptus diketahui berkhasiat melegakan saluran pernapasan, menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut.
Fajry Jufri menjelaskan, dalam berbagai studi dikatakan bahwa cukup 5-15 menit diinhalasi akan efektif bekerja sampai ke alveolus. Artinya dengan konsentrasi 1 persen saja sudah cukup membunuh virus 80-100 persen.
Bahan aktif utamanya, terdapat pada cineol-1,8 yang memiliki manfaat sebagai antimikroba dan antivirus melalui mekanisme M pro.
M pro adalah main protease (3CLPro) dari virus korona yang menjadi target potensial dalam penghambatan replikasi virus corona. Penelitian menunjukkan Eucalyptol ini berpotensi mengikat protein Mpro sehingga menghambat replikasi virus.
Manfaat tersebut dapat terjadi karena 1,8 cineol dari Eucalyptus, disebut eucalyptol, dapat berinteraksi dengan transient receptor potential ion chanel yang terletak di saluran pernapasan.
“Oleh karena itu, inovasi yang dibuat oleh Balitbangtan sangat membanggakan. Sehingga menjadi harapan baru bagi masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan Eucalyptus dalam mencegah virus,” tutupnya.[rmol]