GELORA.CO - Meski dalam konstitusi Indonesia tidak mengenal oposisi, namun, oposisi sudah jadi fakta politik. Sejumlah nama disebut menjadi tokoh oposisi negeri ini, antara lain ekonom senior Rzal Ramli, tok0 Muhammadiyah Din Syamsuddin, dan pakar hukum Tata Negara Refly Harun.
“Setidaknya ada sembilan orang yang "didaulat" rakyat untuk memimpin oposisi. Mereka bangunkan rakyat dari tidur leyer-leyernya. Para tokoh ini membawa kentongan dan beteriak: "negara tidak aman, dan terjadi banyak perampokan". Karena itu, jangan tidur. Ayuk bangun...bangun... bangun.. Teriak para tokoh oposisi itu,” kata pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa, Tony Rosyid.
Menggapi hal ini, aktivis Perhimpunan Masyarakat Madani (PRIMA) Sya'roni mengatakan, adanya sembilan tokoh untuk menjadi oposisi sudah tepat. Tugas oposisi, selain terus mengkritik pemerintah, tugas penting lainnya adalah membangkitkan daya kritis rakyat terhadap penguasa yang sudah tidak sejalan sesuai dengan kepentingan rakyat.
"Saat ini pemerintah bebas melakukan apa saja tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu daya kritis rakyat harus digenjot agar bisa menjadi kekuatan kritis yang efektif," ujar Sya'roni kepada Harian Terbit, Senin (11/5/2020).
Sya'roni menilai, kesembilan tokoh yang menjadi pemimpin oposisi juga memiliki legalitas moral sebagai kekuatan penyeimbang kekuasaan. Jejak rekam kesembilan tokoh yang menjadi pemimpin oposisi tersebut tidak diragukan lagi kredibilitasnya. Apalagi dalam sistem demokratis kekuatan oposisi juga harus kuat agar menjadi penyeimbang yang efektif. "Banyak kebijakan yang tidak berpihak ke rakyat kecil. Oleh karena itu wajib dikritisi," tegasnya.
Ketua Media Center Persaudaraan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin mengatakan, pada dasarnya saat inj rakyat tidak tidur leyeh leyeh di rezim Jokowi yang berkuasa. Justru rakyat sangat takut setelah Pemilu 2019 karena kekuatan rakyat yang membela kebenaran dikalahkan dengan kebatilan.
"Sekarang rakyat juga lebih ketakutan atas wabah virus corona dan kelaparan. Namun rakyat tidak berdaya melawan keangkuhan para pemimpin negeri ini yang sudah mati rasa atas perhatian dan pembelaannya kepada rakyat," paparnya.
9 Tokoh
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa, Tony Rosyid mengatakan, setidaknya ada sembilan orang yang "didaulat" rakyat untuk memimpin oposisi. Mereka bangunkan rakyat dari tidur leyer-leyernya. Para tokoh ini membawa kentongan dan beteriak: "negara tidak aman, dan terjadi banyak perampokan". Karena itu, jangan tidur. Ayuk bangun...bangun... bangun.. Teriak para tokoh oposisi itu.
Pertama, Abdullah Hehamahua. Mantan penasehat KPK ini berang ketika KPK masuk keranda kematian.
Kedua, M.H. Ainun Najib (Cak Nun). Budayawan era Orde Baru ini keluar dari pertapaannya. Hatinya terguncang ketika melihat bangsa ini dijadikan boneka asing. Ngono yo ngono, tapi ojo keterlaluan olehmu injak-injak bangsaku iki, marahnya.
Ketiga, Habib Rizieq Shihab (HRS). Tokoh 212 ini konsisten memimpin gerakan oposisi. Ia teriak terhadap ketidakadilan, penjualan aset negara dan ancaman PKI. Tiga hal ini yang membuat HRS tak bisa kompromi, meski tiga tas isi $ pernah disodorkan padanya. Begitu kabar beritanya. Benar tidaknya, Allah A'lam. Namanya juga kabar.
Keempat, Prof. Dr. Din Syamsudin. Mantan ketua MUI ini tak berhenti teriak terhadap mental koruptif para pengelola negeri ini. Ia serius mengangkat isu korupsi sebagai masalah sentral. Baginya, bangsa ini makin berantakan karena korupsi yang makin telanjang.
Kelima, Rocky Gerung. Tokoh satu ini lebih tepat disebut filosof, dari pada pengamat politik. Kekayaan referensi memberi modal Rocky Gerung piawai membongkar kedunguan logika berpikir elit politik.
Keenam, Rizal Ramli. Mantan Menteri di era Gus Dur dan Jokowi ini tak pernah berhenti mengkritisi kebijakan ekonomi Sri Mulyani. Bahaya! Kata Rizal Ramli. Ia berulangkali mengingatkan adanya bubble ekonomi. Tampak bagus di luar, bobrok di dalam. Gagal bayar hutang, daya beli rakyat anjlok dan pendapatan petani menurun akan mengancam krisis ekonomi di Indonesia.
Ketujuh, Refly Harun. Pakar hukum tata negara ini tak pernah berhenti menyuarakan berbagai manipulasi hukum untuk mengeruk kekayaan di negeri +62 ini. Risikonya: iapun dipecat! Bahkan diancam akan dibongkar kesalahannya. Takutkah? Tidak! Katanya. Punya nyali juga rupanya.
Kedelapan, Said Didu. Tokoh satu ini sekarang lagi menghadapi proses hukum. Kritik pedasnya terkait "nikmatnya project" ternyata membuat marah Si Opung. Said Didu emoh minta maaf, dan dilaporkan ke polisi. Kritik kok suruh minta maaf ya?
Kesembilan, K.H. Najih Maemoen Zubair. Kritiknya terhadap bahaya kebangkitan komunisme di Indonesia sangat tajam. Baik dalam ceramah maupun berbagai tulisan. Putra K. H. Maemoen Zubair ini terus mengingatkan rakyat untuk tetap waspada atas potensi bangkitnya komunisme yang membahayakan bangsa ini kedepan.
“Sembilan tokoh inilah yang secara konsisten mengobarkan semangat oposisi. Mengisi ruang kritik dan kontrol yang sering ditinggalkan parlemen. Tanpa mengabaikan peran dan pengaruh tokoh-tokoh lain, identifikasi kepada sembilan tokoh ini semata-mata karena mereka konsisten, berani, sangat tegas, dan punya pengaruh yang cukup kuaepada masyarakat. Dan mereka bukan partisan,” ujar Tony. []