GELORA.CO - Pemerintah kembali memperbarui data kasus Corona (COVID-19) di Indonesia. Per hari ini tercatat ada kasus baru sebanyak 687 sehingga total pasien positif Corona menjadi 24.538. Sementara itu total pasien sembuh sebanyak 6.240 orang dan kasus meninggal menjadi 1.496 orang.
"Kita dapatkan kenaikan dari kasus konfirmasi COVID-19 sebanyak 687 orang sehingga totalnya menjadi 24.538. Kasus sembuh meningkat dari 183 orang sehingga totalnya menjadi 6.240 orang, kasus meninggal 23 orang sehingga totalnya menjadi 1.496 orang," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto, melalui siaran langsung di YouTube BNPB, Kamis (28/5/2020).
Yuri mengungkapkan, sebanyak 11.495 spesimen telah diperiksa hari ini. Total spesimen sudah diperiksa sampai hari ini menjadi 289.906 spesimen.
Lebih lanjut, Yuri menuturkan penambahan kasus positif terbanyak hari ini berada di provinsi Jawa Timur kemudian Kalimantan Selatan, DKI Jakarta, disusul Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara. Untuk DKI Jakarta tambahan kasus positif didominasi oleh para pekerja yang baru pulan dari luar negeri.
"Kalau kita perhatikan betul kenaikan ini kita dapatkan cukup banyak, kita dapatkan di provinsi Jawa Timur ini ada 171 kasus, kemudian di Kalimantan Selatan ada 116 kasus, di DKI Jakarta 105, DKI Jakarta ini didominasi oleh saudara-saudara kita yang baru kembali karena bekerja di luar negeri dan kita harus melakukan screening terhadap mereka dan hari ini juga banyak juga yang kita dapatkan dan seluruhnya kita rawat di rumah sakit darurat wisma atlet. Kemudian Sulawesi Selatan juga meningkat 46, Kemudian di Sumatera Utara ada 30 kasus," tuturnya
Sebanyak 412 kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia terdampak COVID-19. Pemerintah masih melakukan pemantauan terhadap 48.749 orang dalam pemantauan (ODP) dan 13.250 pasien dalam pengawasan (PDP).
Berikut pernyataan lengkapnya:
Saudara-saudara sekalian selamat sore, pada kesempatan kali ini kami akan kembali membagikan informasi terkait penanganan pandemi COVID-19 yang kita laksanakan sampai dengan hari ini tanggal 28 Mei 2020 dengan cut off data di pukul 12.00 WIB. Saudara-saudara kita kembali lagi pada acuan kita di dalam penanganan pandemi COVID-19 ini yang sudah tegas diarahkan oleh presiden pada beberapa saat yang lalu di mana ada enam arahan yang harus kita pedomani yang pertama adalah melaksanakan tracing dengan cara yang lebih masif, kemudian melakukan tracing dari kasus yang kita dapatkan positif secara lebih agresif dan kemudian kita melakukan perawatan dengan sebaik-baiknya termasuk di dalamnya adalah isolasi pasien.
Kemudian yang kedua kita sudah mulai kembali mengingatkan kembali kepada kita semua untuk mulai menggunakan teknologi di dalam kaitan kepentingan konsultasi medis, ini yang kita kenal dengan telemedicine kita kenal dengan telemedis yang sudah bisa dilaksanakan dan bisa diakses oleh banyak sekali masyarakat yang menggunakan untuk kepentingan konsultasi.
Ini semata-mata adalah untuk mengurangi kunjungan ke rumah sakit dalam rangka konsultasi yang pada saat-saat sekarang ini masih cukup beresiko apabila dilakukan. Kemudian berikutnya adalah kita harus selalu menjaga informasi yang kita berikan kepada seluruh masyarakat, kredibel transparan dan mudah diakses oleh siapapun.
Kemudian yang keempat terkait dengan kita harus sepakat untuk berdisiplin, kita harus sepakat secara bersama-sama mengikuti instruksi pemerintah, arahan pemerintah dalam rangka menangani pandemi COVID-19 ini. Maka penegakan hukum adalah menjadi salah satu cara yang harus kita lakukan. Kemudian yang berikutnya di dalam kondisi seperti ini kita harus tetap menjamin bahwa kebutuhan logistik, jaring logistik tetap tersedia dan kemudian terdistribusi dengan lancar baik dari pusat ke daerah maupun dari gudang-gudang distribusi kepada user yaitu masyarakat.
Kemudian dalam situasi yang sulit ini pemerintah menyadari betul dampak ekonomi akan terkena kepada seluruh lapisan masyarakat, oleh karena itu diperlukan stimulus ekonomi yang tepat dan cepat pada kelompok-kelompok yang sangat terdampak dari kebijakan terkait dengan pembatasan social berskala besar maupun yang terkait dengan hal-hal lain yang diikuti oleh COVID-19. Saudara-saudara kita harus kembali lagi pada satu prinsip,bahwa kita menyadari penyakit ini masih belum bisa dimunculkan kekebalannya secara buatan melalui vaksin, karena perkembangan pembuatan vaksin sampai dengan saat ini oleh seluruh dunia, oleh para ahli di seluruh dunia terus berjalan.
Kita berharap bahwa ini bisa segera diselesaikan namun yang kita hadapi saat ini adalah bahwa vaksin itu belum ada, oleh karena itu sekarang satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah bukan dengan kita menyerah dengan tidak berbuat apapun namun kita harus tetap menjaga produktivitas kita agar kemudian dalam situasi seperti ini kita produktif dan aman dari COVID maka dierlukan suatu tatanan suatu kegiatan kebiasaan suatu perilaku yang baru. Ini yang kita sebut sebagai new normal atau kenormalan yang baru. Basis dari kenormalan yang baru ini adalah bagaimana kemudian kita beradaptasi terkait dengan sebaran COVID-19. Kita tahu dan kita memahami betul penyakit ini faktor pembawannya adalah manusia, oleh karena itu yang paling mungkin penularan adalah orang yang sakit yang berada di tengah masyarakat dan menular kepada orang lain yang sehat namun rentan terhadap penularan ini.
Kita memahami bahwa penularan ini hanya bisa terjadi pada droplet orang yang sakit ke orang lain yang rentan, oleh karena itu maka menjaga jarak ini adalah dalam rangka untuk kita bisa keluar dari jangkauan droplet yang memungkinkan pada jarak sekitar satu meter, maka kita harus berada lebih dari satu meter dari orang lain secara fisik, manakala kemudian kita berinteraksi.
Pada kondisi-kondisi tertentu kita tidak mampu menjaga jarak ini, misalnya pada titik di mana kita harus berkumpul misalnya di dalam lift atau di pintu fasilitas yang digunakan orang banyak, oleh karena itu diharapkan kita menggunakan masker, ini lah cara untuk melindungi kita. Sebenarnya ada dua aspek yang penting, yang pertama apabila ada seseorang yang sakit kalau dia menggunakan masker, maka pada saat dia bicara, pada saat dia batuk, pada saat dia bersin, dropletnya akan tertahan di masker, tidak menyebar ke mana-mana.
Cara ini sangat efektif untuk mengurangi penyebarannya ke orang lain, baik secara langsung melalui droplet yang dikeluarkan, atau droplet yang mencemari benda-benda yang digunakan secara bersama. Misalnya pegangan pitu di salah satu fasilitas umum, di perkantoran, atau mungkin tombol lift, atau mungkin pegangan pada saat orang naik ke kendaraan umum semisal kereta api commuter, maka ini kita akan bisa memiliki peran yang besar.
Kemudian yang kedua bahwa orang lain yang tidak sakit akan terlindung dari itu semua, meskipun perlindungan masker tidak menentukan 100 persen, karena bisa saja secara tidak sadar, benda-benda tadi yang tercemar oleh droplet orang yang sakit, tidak sadar tidak kita sadari kita pegang. Kemudian dengan tangan yang sudah tercemar ini kita pegang mulut, pegang hidung, mata dan sebagainya menyentuh wajah maka ini menjadi sumber transmisinya. Ini menjadi cara transmisinya, oleh karena itu yang kedua adalah membiasakan diri untuk mencuci tangan, mencuci tangan dengan menggunakan sabun ini yang paling efektif, karena kita pahami virus ini dindingnya, tersusun dari molekul lemah, senyawa kimia lemah yang sangat mudah hancur manakala terkena deterjen yang ada di sabun, oleh karena itu mencuci tangan dengan sabun adalah cara yang terbaik.
Dari situasi seperti ini kita bisa menjaga jarak, menggunakan masker dan rajin mencuci tangan maka kita memiliki kendali untuk berusaha menghindar dari kerumunan orang yang cukup banyak. Kalaupun memiliki titik kepentingan yang sama, kita bisa menerapkan dengan cara bergantian. Kalau misalnya kita berada dalam sebuah antrian, untuk suatu kepentingan yang sama dengan banyak orang, maka kita bisa menjaga jarak orang per orang di dalam antrian itu. Ini semata-mata upaya untuk mengurangi resiko tertular. Ini lah yang kita sebut dengan kenormalan yang baru. Sudah barang tentu kalau diimplementasikan di tempat pekerjaan ya tentunya kita harus tetap mengikuti prosedur seperti itu, harus ada fasilitas yang mudah diakses untuk mencuci tangan dengan sabun.
Kemudian mengatur tempat duduk atau formasi susunan kerja yang kemudian memungkinkan adanya physical distancing. Kemudian melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak harus disertai dengan berkerumun. Ini lah adalah upaya-upaya kita untuk menghindari, ini lah yang kita sebut sebagai normal yang baru. Saudara-saudara tentunya nanti kita akan bisa mempertimbangkan di dalam situasi seperti ini, tentunya kita akan selalu memperhitungkan apa keuntungannya keluar rumah, kalau memang tidak bayak manfaat yang kita dapatkan, justru lebih banyak ancaman yang mungkin kita dapatkan pada saat kita keluar rumah, maka sebaiknya di rumah saja tidak ke mana-mana.
Dan yang paling penting pada saat kita melakukan aktivitas di luar rumah, begitu sudah selesai dan sudah kembali ke rumah cuci tangan, mandi bila memang diperlukan ganti baju dan gunakan baju yang baru, Ini upaya yang bisa kita lakukan, kebiasaan-kebiasaan ini lah yang harus kita tanamkan di seluruh anggota keluarga. Ini lah yang kita sebut kenormalan yang baru, atau new normal.
Saudara-saudara ini adalah cara yang tepat dan seluruh dunia melakukan cara-cara seperti itu. Oleh karana itu produktifitas kita bukan berarti kita hentikan karena kita tidak tahu vaksin ini kapan akan bisa ditemukan. Tetapi kita beradaptasi, kita beradaptasi dan berdampingan dengan situasi yang masih sangat memungkinkan untuk terjadinya inveksi penularan COVID-19 ini. Oleh karena itu sudah barang tentu siapapun yang mengelola tempat-tempat umum, mengelola tempat-tempat kerja, mengelola sekolah, mengelola tempat ibadah harus memperhatikan aspek ini bahkan kita berharap menjadi kontrol disiplin yang dilakukan masyarakat.
Kita sangat berharap pemilik toko mampu menjaga seluruh masyarakat yang menjadi konsumennya untuk patuh dengan ini. Kita bisa mengatur flow arus orang masuk ke toko tanpa kemudian harus berdesak-desakan. Ini adalah upaya bersama, oleh karena itu seharusnya kenormalan yang baru adalah gaya hidup kita, adalah kebutuhan kita, adalah perilaku kita yang tidak harus kemudian ditekan-tekan, disuruh-suruh, diperintah-perintah, oleh institusi apapun termasuk pemerintah. Saudara-saudara sekalian mari kita pahami budaya yang baru ini, kebiasaan yang baru ini tentunya membutuhkan peran semuannya.
Kami sangat bangga bahwa banyak sekali tokoh-tokoh masyarakat yang sudah bisa berperan secara komprehensif di dalam konteks untuk membangun suatu kenormalan yang baru. Karena kita tahu masyarakat kita adalah masyarakat yang sangat menurut pada tokoh-tokoh mereka. Oleh karena itu peran tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda dan sebagainya, ini menjadi kunci untuk pelaksanaan ini. Ini yang kita harapkan bagaimana strategi kita dalam menghadapi COVID-19 tanpa kemudian kita menghentikan produktivitas kita. Ini yang sekarang oleh pemerintah sedang kita rumuskan bersama-sama oleh semua yang terkait termasuk melibatkan banyak tokoh masyarakat, melibatkan banyak ahli, untuk bagaimana kita membuat suatu prosedur suatu protokol suatu SOP yang betul-betul menjamin bahwa kita produktif namun aman terhadap COVID-19.
Saudara, hari ini kita akan menyampaikan beberapa data dari kinerja kegiatan pelaksanaan penanggulangan COVID ini pada bidang kesehatan. Hari ini spesimen yang telah kami periksa sebanyak 11.495 spesimen, ini kita periksa dengan menggunakan real time PCR maupun PCM. Dari jumlah spesimen yang kita periksa sebanyak itu, kurang lebih akumulasinya sampai dengan saat ini sudah mencapai 289.906 spesimen. Kita dapatkan kenaikan dari kasus konfirmasi COVID-19 sebanyak 687 orang sehingga totalnya menjadi 24.538.
Kalau kita perhatikan betul kenaikan ini kita dapatkan cukup banyak kita dapatkan di provinsi Jawa Timur ini ada 171 kasus, kemudian di Kalimantan Selatan ada 116 kasus, di DKI Jakarta 105, DKI Jakarta ini didominasi oleh saudara-saudara kita yang baru kembali karena bekerja di luar negeri dan kita harus melakukan screening terhadap mereka dan hari ini juga banyak juga yang kita dapatkan dan seluruhnya kita rawat di rumah sakit darurat wisma atlet. Kemudian Sulawesi Selatan juga meningkat 46, Kemudian di Sumatera Utara ada 30 kasus.
Sementara kalau kita perhatikan provinsi yang tidak ada penambahan kasus sama sekali atau tidak ada kasus sama sekali yang kita dapatkan adalah Bangka Belitung, DIY Yogyakarta, Lampung, Kalimantan Utara, Riau, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, tidak ada kasus sama sekali. Sementara ada 3 provinsi dengan penambahan kasus satu yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur.
Kalau kita hitung dari hari ke hari maka terlihat bahwa memang hari ini penambahan yang cukup banyak penambahan itu Kalimantan Selatan karena kemarin itu 73 sekarang menjadi 116. Sementara kalau kita lihat Jawa Timur sementara kita lihat paling tinggi tetapi sebarannya hakekatnya kemarin tuh 199 menjadi 171 artinya da penurunan dibanding dengan kemarin. Saudara-saudara sekalian ini lah yang menjadi perhatian kita bahwa masih ada beberapa daerah yang memang penggambaran grafiknya mulai menurun ada yang melandai tetapi ada beberapa yang naik. Kita memaklumi kondisi ini karena memang dinamika sosial yang berada di provinsi satu dengan yang lain tidak sama. Saudara-saudara sekalian sudah ada 412 kabupaten kota yang terdampak di 34 provinsi.
Kasus sembuh meningkat dari 183 orang sehingga totalnya menjadi 6.240 orang Kasus meninggal 23 orang sehingga totalnya menjadi 1.496 orang. Kita masih melakukan pemantauan terhadap ODP yang saat ini jumlahnya ada 48.749 dan pasien PDP yang masih kita pantau ada 13.250, di beberapa provinsi yang angkanya meningkat memang menjadi fokus perhatian kita seperti Jawa Timur misalnya sudah mulai dioperasionalkan rumah sakit darurat COVID-19 dan kapasitas tempat tidurnya akan terus kita tambah dan kemudian kemarin juga sudah dikirimkan 2 mobil untuk membantu pelaksanaan laboratorium dengan PCR. Ini yang menjadi atensi kita perhatian kita. Namun kalau kita lihat secara keseluruhan gambarannya memang kasus-kasus baru ini memang sebagai gambaran proses penularan masih terjadi. Artinya kita memang harus perlu berdisiplin kembali untuk mematuhi seluru anjuran pemerintah.
Kita harus mulai mengaktifkan kembali cara-cara hidup dengan kenormalan yang baru. Oleh karena itu kami ingatkan sekali lagi yang pertama jaga jarak, kemudian yang kedua cuci tangan secara sering dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir, ketiga gunakan masker apabila berada di luar rumah. Kemudian ini lah yang harus kita lakukan dan kita ingatkan kepada seluruh saudara-saudara kita. Pemerintah sudah mulai menyusun skenario bagaimana kemudian kita mulai produktif kembali, bukan hanya di bidang ekonomi tetapi kita juga memikirkan bagaimana proses pendidikan pembelajaran di sekolah, di kampus, sudah harus mulai kita hidupkan kembali, kita jalankan kembali.
Bagaimana kemudian kegiatan beribadah di rumah-rumah ibadah juga kita kembalikan seperti semula. Tentunya ini akan sangat tergantung pada kondisi epidemologi daerah itu saat ini. Kita tadi sudah bisa melihat bahwa tadi sudah kami jelaskan kondisinya tidak sama masing-masing daerah, oleh karena itu kajian harus komprehensif di masing-masing daerah karena tujuannya adalah pengendalian epidemologi di daerah-daerah itu sendiri. Saudara-saudara terimakasih selam ini sudah mengikuti informasi yang benar tentang COVID-19, baik di portal covid19.co.id atau kemudian menanyakan melalui call center 119 atau melalui akun media sosial @melawancovid19 atau kemudian melalui beberapa aplikasi online layanan telemagazine yang lain.
Dan saya yakin bahwa berita yang rutin disiarkan oleh televisi republik Indonesia dan Radio Republik Indonesia, serta disebarluaskan oleh seluruh televisi dan radio swasta seluruh Indonesia ini memberikan informasi yang benar, informasi yang bisa dijadikan pedoman dan bisa dijadikan pegangan bagi semuanya. Oleh karena itu saudara-saudara sekalian, kita harus yakin bahwa disiplin, bahwa kebersamaan, bahwa gotong royong itu lah kuncinya. Kita menuju ke era yang harus kita hadapi dengan cara hidup yang baru dengan persepsi normal yang baru, ini kuncinya kami yakin kami bisa, yakin bisa, Indonesia pasti bisa, sekian terimakasih.(dtk)