GELORA.CO - Kritikan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla terhadap Presiden Joko Widodo tentang ajakan berdamai dengan virus corona baru atau Covid-19 ramai diperbincangkan publik.
Pasalnya, apa yang disampaikan Jusuf Kalla dalam diskusi daring Selasa (19/5) kemarin memperlihatkan pernyataan Jokowi tidak tepat.
Menurut pria yang akrab disapa JK ini, berdamai dengan corona adalah sesuatu hal yang tidak mungkin. Karena virus asal Wuhan, China ini tidak bisa diajak berdamai.
Sehingga JK berujar, “kalau namanya berdamai itu kalau dua-duanya ingin damai. Kalau kita saja (yang mau) virusnya enggak (mau) bagaimana?”.
Kritikan dari wapres dua periode ini pun menarik pengamat politik dari Saiful Mudjani Research and Consulting (SMRC) Sirojudin Abbas untuk berkomentar.
Menurutnya, apa yang disampaikan JK adalah bentuk peringatan terhadap presiden dan juga jajaran pemerintahan agar tidak sembarangan atasi corona.
"Pak JK hanya ingin mengingatkan pemerintah supaya lebih berhati-hati menangani pandemi ini. Sebagai tokoh bangsa dan Ketum Palang Merah Indonesia, Pak JK wajar menyampaikan itu. Itu adalah wujud tanggung jawab moral beliau," ujar Sirojudin Abbas saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (20/5).
Lebih lanjut, Direktur Eksekutif SMRC ini memandang teguran JK bukan hanya bersifat simbolis, tapi memiliki pemaknaan yang lebih luas.
"Meskipun yang disebut terbatas masalah semantik 'istilah berdamai dengan Covid-19' tapi maksud beliau lebih luas," kata Sirojudin Abbas.
Doktor Filsafat (Ph.D) University of California Berkeley ini melihat, maksud yang lebih luas yang disampaikan JK adalah berupa warning untuk pemerintah dan juga masyarakat, agar tidak menganggap remeh bahaya virus corona.
"Yang paling penting dari Pak JK adalah saran beliau tentang pentingnya perubahan kebiasaan hidup. Dari yang awalnya kurang peduli kesehatan, sekarang menjadi lebih peduli. Misalnya, pakai masker kalau ke luar rumah, rajin cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, menjaga jarak fisik dengan orang lain," ucap Sirojudin Abbas.
"Saya sependapat. Sebab kita tidak tahu kapan vaksin untuk menangkal atau obat untuk penyembuhan penyakit Covid-19 ini akan ditemukan. Kita tidak tau juga kapan kurva jumlah kasus penularan akan turun atau berakhir," dia menambahkan. [rmol]