GELORA.CO - Pemberlakukan new normal di Korea Selatan dinyatakan gagal dan mengharuskan negara tersebut untuk kembali melakukan serangkaian pembatasan sosial, mulai Jumat (29/5) hari ini. Pemberlakuan kembali ini karena adanya serangkaian klaster Covid-19 baru yang mengancam klaim keberhasilan Negara itu dalam mengatasi epidemi.
Diketahui, Korea Selatan disebut-sebut sebagai model global dalam hal penanganan virus corona. Tetapi, ketika kehidupan tampak kembali normal, negara itu malah melaporkan lonjakan terbesarnya dalam dua bulan terakhir, yakni sebanyak 79 kasus baru.
Kasus-kasus baru, yang sebagian besar berpusat di wilayah metropolitan Seoul, di mana separuh penduduk Korea Selatan tinggal. Hal itu mendorong para pejabat untuk memperkuat aturan-aturan jarak sosial yang mulai dilonggarkan pada 6 Mei.
Museum, taman, dan galeri seni semuanya akan ditutup kembali mulai Jumat selama dua minggu ke depan, kata Menteri Kesehatan Park Neung-hoo. Selain itu, perusahaan-perusahaan juga didesak untuk memberlakukan kembali kerja dari rumah, di antara penerapan langkah-langkah pembatasan lainnya.
“Kami memutuskan untuk memperkuat semua tindakan karantina di wilayah metropolitan selama dua minggu, mulai besok hingga 14 Juni,” katanya.
Warga juga disarankan untuk menahan diri dari pertemuan sosial atau pergi ke tempat-tempat ramai, termasuk restoran dan bar, sementara fasilitas keagamaan diminta untuk ekstra waspada dengan langkah-langkah karantina.
Namun yang menarik, tidak ada kebijakan penundaan baru terkait pembukaan kembali sekolah secara bertahap yang saat ini sedang berlangsung.
“Dua minggu ke depan sangat penting untuk mencegah penyebaran infeksi di wilayah metropolitan,” kata Park Neung-hoo. “Kita harus kembali ke jarak sosial jika kita gagal.”
Menteri kesehatan juga mengatakan bahwa pemerintah akan dipaksa untuk memaksakan kembali kampanye sosial jarak jauh jika negara melaporkan lebih dari 50 kasus baru selama setidaknya tujuh hari berturut-turut. (*)