GELORA.CO - Pandemi virus corona menghentikan aktivitas bisnis pada sektor ekonomi, berdampak pada laju ekonomi Indonesia menjadi yang terlemah sejak 2001 pada kuartal pertama. Ini jaug lebih lambat dari yang diharapkan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 2,97 persen (year on year) pada kuartal I/2020. Pertumbuhan ini menjadi salah satu yang terendah sejak 2001.
Sebuah jajak pendapat Reuters memiliki perkiraan median 4,04 persen, tetapi beberapa analis memperkirakan tingkat pertumbuhan yang bahkan lebih lemah.
Indeks saham utama Indonesia menghapus beberapa kenaikan sebelumnya, diperdagangkan naik 0,25 persen pada pukul 4.33 GMT (12.33 siang waktu Singapura) pada Selasa (5 Mei), setelah memperoleh sebanyak 1,4 persen di awal sesi. Rupiah hampir tidak berubah pada 15.060 per dolar setelah data.
Para pembuat kebijakan telah mengatakan dampak pandemi sepenuhnya hanya akan diketahui kemudian karena kegiatan ekonomi berlangsung relatif baik dalam dua bulan pertama sebelum wabah memburuk pada bulan Maret.
Ekonom senior Asia Capital Capital, Gareth Leather, mengharapkan kontraksi tajam pada kuartal kedua. Menurutnya, ekonomi bertahan lebih baik daripada di tempat lain pada kuartal pertama karena Indonesia mengunci bagian ekonominya lebih lambat daripada yang lain.
"Penguncian tetap dibutuhkan untuk sementara waktu lagi. Kegagalan penanganan virus akan memiliki implikasi yang signifikan bagi prospek ekonomi," jelas Leather, seperti dikutip dari CNA, Senin (5/5).
Negara terpadat keempat di dunia ini pertama kali mendeteksi kasus virus corona pada awal Maret dan mulai menutup sekolah-sekolah dan kantor-kantor di akhir bulan untuk menahan penyebarannya yang cepat.
Saat ini, Indonesia memiliki 11.587 kasus dan 864 kematian.
Pada Januari-Maret, konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari setengah PDB, mencatat tingkat pertumbuhan hanya 2,84 persen, dibandingkan dengan sekitar 5 persen pada kuartal terakhir, mengutip laporan dari CNA.
Investasi dan ekspor juga melemah, masing-masing tumbuh 1,7 persen dan 0,24 persen.
Sebelum data kuartal pertama, para pejabat memberikan prospek pertumbuhan 2,3 persen untuk 2020, terendah sejak 1999, tetapi pihak berwenang juga telah menandai risiko PDB menyusut 0,4 persen tahun ini sebagai akibat dari wabah yang berkepanjangan dan meluas.
Pemerintah telah memperluas defisit fiskal ke yang terbesar lebih dari satu dekade untuk mengakomodasi pengeluaran pada pos perawatan kesehatan, kesejahteraan, dan stimulus ekonomi. Sementara bank sentral telah memotong suku bunga dan memompa uang ke dalam sistem keuangan untuk membantu perekonomian menangani pandemi.
Sekitar 1,7 juta orang telah kehilangan pekerjaan karena pandemi, data resmi menunjukkan awal pekan ini. Lebih dari 20.000 perusahaan telah mengajukan keringanan pajak pemerintah, kata kantor pajak bulan lalu. (*)