Lewati Arab Spring Tanpa Pergantian Rezim, Teguh Santosa: Maroko Berhasil Mainkan Perannya Di Afrika

Lewati Arab Spring Tanpa Pergantian Rezim, Teguh Santosa: Maroko Berhasil Mainkan Perannya Di Afrika

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Selain berhasil memitigasi potensi konflik pada era Arab Spring, Maroko juga relatif berhasil melakukan reformasi di negaranya tanpa pergantian rezim.

Ada sejumlah faktor yang membuat negara yang disebut-sebut negara tertua itu berhasil melalui fase-fase gelombang perubahan yang terjadi di dunia, khusunya pasca perang dingin.

Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Maroko, Teguh Santosa mengatakan, dirinya pernah terlibat langsung dalam beberapa fase perubahan yang terjadi di Maroko sejak 1999-2011 itu.

Padahal, gejolak internal seperti isu separatisme Sahara Barat, sangat kuat kala itu hingga menjadi perdebatan di Komisi IV Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Menurutnya, keberhasilan Maroko melewati badai sejarah ini lantaran berhasil memainkan perannya di Afrika.

"Saya 2011-2012 di undang ke Komisi IV PBB di New York. Saya hadir disitu untuk diminta pendapatnya bagaimana seharusnya apakah Sahara Barat (wilayah selatan di Maroko) ini yang dijajah oleh Spanyol, sementara bagian utara di jajah oleh Prancis, itu adalah punya hak jadi negara sendiri atau bagian dari Maroko," ujar Teguh Santosa dalam serial diskusi daring bertajuk "Ujung Musim Semi Arab dan Liberalisasi Saudi", Jumat (1/5).

"Saya melihat reformasi yang dilakukan oleh Maroko sejak 1999 kemudian 2011 itu maksudnya adalah Maroko yang relatif stabil. Maroko berhasil mainkan perannya di Afrika," sambungnya.

Dalam memainkan perannya, Maroko, kata Teguh Santosa, pernah keluar masuk menjadi bagian dari negara Uni Afrika pada 2017 lalu. Meskipun Uni Afrika merupakan inisiatif dari Maroko itu sendiri.

Namun, Maroko tetap membantu negara-negara di Benua Afrika dari bagian Utara hingga Selatan.

"Maroko berhasil mainkan perannya di Afrika. Dia membantu Afrika dari selatan hingga utara. Ini relatif baik," katanya.

Namun begitu, ada faktor lain yang mengakibatkan Maroko berhasil dan tidak terlibat gejolak Arab Spring pada era perang dingin. Secara geografis, Maroko menjadi akses pintu pintu masuk diantara negara-negara yang sedang berperang kala itu.

"Jadi, relatif lebih diamankan begitu. Sehingga banyak pihak yang menginginkan Maroko tidak chaos gitu," kata Teguh Santosa.

Dosen Hubungan Internasional UIN Syarief Hidayatullah Jakarta ini menguraikan, di sebelah barat Maroko menjadi pintu masuk ke Amerika, sebelah utara ke Eropa, sebelah selatan benua Afrika, dan pintu masuk ke Timur Tengah.

Selain itu, Maroko merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Amerika Serikat tahun 1776.

"Maroko ini menurut saya negara paling tua yang masih ada di muka bumi, di abad ke 8. Bahkan Turki Usmaniyah juga tidak pernah berkuasa di Maroko," ungkapnya.

Bagi Teguh, Maroko mempunyai zona privat sendiri. Sehingga, setelah perang dingin cenderung Maroko memenangkan diplomasi terhadap wilayah yang mengklaim diri sebagai negara merdeka.

"Ini faktor-faktor yang membuat Maroko relatif aman walaupun sempat goyang. Tapi bisa dilalui dengan baik oleh rezim Maroko tentu protes ada. Tapi puncaknya tidak perubahan rezim bahkan diperkuat gitu," demikian Teguh Santosa. (Rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita