GELORA.CO - Di tengah pencarian obat dan vaksin yang efektif bagi pasien COVID-19, para peneliti terus mencari alternatif untuk memantu pasien cepat pulih dari sakit yang dialaminya. Salah satu studi bahkan berfokus pada kekuatan doa yang disebut mampu membantu meningkatkan peluang pasien pulih dari penyakit COVID-19.
Para peneliti di Kansas City Heart Rhythm Institute bertujuan untuk melihat efek dari "intervensi supernatural sejati". Tim telah mulai mengumpulkan data dari 1.000 pasien COVID-19 yang saat ini dalam perawatan intensif di rumah sakit New York.
Setengah pasien berdoa dalam berbagai agama yang diyakininya seperti Islam, Kristen, Hindu, Yahudi, dan Budha. Peneliti kemudian akan memantau perubahan dalam tingkat kesehatan mereka dalam empat bulan terakhir.
"Kita semua percaya pada sains, tapi kita juga percaya pada kekuatan iman," tutur ketua peneliti dan ahli jantung Dhanunjaya Lakkireddy dikutip dari Medical Daily.
"Jika ada kekuatan gaib, yang banyak dari kita percayai, akankan kekuatan doa dan intervensi ilahi mengubah hasilnya? Itu pertanyaan kami," lanjutnya.
Namun ia mengakui beberapa orang juga skeptis tentang kekuatan doa pada pasien COVID-19. Lakkireddy mengatakan bahkan istrinya sendiri, yang juga seorang dokter, menyatakan prihatin dengan penelitian ini.
"Tapi ini tidak menempatkan siapapun dalam bahaya. Sebuah keajaiban bisa terjadi. Selalu ada harapan, bukan?" tuturnya.
Lakkireddy mengatakan dia percaya "dalam kekuatan semua agama" untuk membantu menyelamatkan manusia dari pandemi COVID-19.
Keterkaitan antara agama dan kesehatan
Studi yang sedang berlangsung ini mendukung penelitian tahun 2011 yang meneliti dampak agama pada kesehatan manusia. Pada penelitian tersebut disebutkan partisipasi keagamaan yang teratur dapat membantu meningkatkan kesehatan psikologis dan fisik dan mengurangi risiko orang meninggal lebih awal.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Religion and Health, menunjukkan bahwa agama memberikan efek positif selama masa-masa stres. Ini memberi orang interaksi sosial yang bermakna dan pandangan yang lebih optimis, yang mengurangi risiko depresi mereka.
Orang beragama juga lebih cenderung menghindari kebiasaan buruk, seperti merokok atau minum berlebihan. Para peneliti juga menemukan kelompok tersebut terlibat dalam perilaku gaya hidup yang lebih sehat. (*)