Dua Perusahaan Minta TKA, Luhut: Proses Ijin Itu Tidak Sehari, Nanti 90-92 Persen Pakai Tenaga Kerja Kita

Dua Perusahaan Minta TKA, Luhut: Proses Ijin Itu Tidak Sehari, Nanti 90-92 Persen Pakai Tenaga Kerja Kita

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Di tengah kekhawatiran melemahnya ekonomi akibat wabah virus corona, ada beberapa investasi yang menjadi andalan indonesia. Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, investasi itu antara lain industri makanan.

"Nah, ini harus diacu, karena itu yang membuat 2,97 persen kita punya pertumbuhan. Kalau ini bisa kita perbaiki, misalkan UMKM, kalau ini bisa kita perbaiki dalam kwartal ini, saya kira kita ndak terlalu kuatir," ujar Luhut dalam acara Bincang Khusus yang disiarkan RRI, Minggu (10/5).

Selain industri makanan, termasuk di dalamnya industri perikanan, industri lain yang dianggap masih bisa diandalkan di tengah pandemik ini adalah industri pertanian dan garmen atau tekstil itu.

"Kalau investasi besar, sebenarnya, tidak masalah. Seperti misalnya ada yang di Indonesia timur seperti di Morowali itu jalan semua. Ndak ada masalah, tapi sekarang agak terhenti karena Covid-19 ini," terang Luhut.

Ia memperkirakan, seandainya Juni atau Juli wabah sudah menurun, maka pembangunan industri-industri itu akan dilanjutkan kembali.

"Pembangunan industrinya harus selesai, biar orang bisa kerja. Jadi jangan dibalik balik. Industri ini harus memerlukan orang-orang yang paham membangunnya. Tidak serta merta kita siap. Karena kita memang nggak siap, kita harus jujur mengakui itu," ujar Luhut.  

Untuk itulah mengapa pengerjaan industri dilakukan oleh tenaga asing sebab mereka memiliki kapasitas yang telah teruji.

Namun, menurut Luhut setelah industri itu berjalan, maka proses pengerjaan dilakukan bersama dengan tenaga Indonesia yang sudah ditraining di politeknik yang telah disiapkan oleh tenaga asing di industri tersebut.

Harus diakui bahwa kita masih harus banyak belajar dari teknologi luar. Sehingga kita masih membutuhkan kehadiran tenaga asing untuk mendampingi kerja industri dalam negeri.

"Memang teknologinya dari dia, teknologi maju, ya kita nggak bisa dong kita ngerjain semua. Tetap harus ada dia. Saat ini, kita memasuki satu era industri yang hebat, ya itu tadi yang disebut hilirisasi. Tahun 2023 kita bisa memproduksi lithium baterai, di Eropa 2025 orang nggak pakai lagi mobil biasa ini pakai mobil listrik. Jadi indonesia akan masuk pasar itu. Tapi kan untuk kita sampai di sana, kita tidak berjalan sendiri, harus ada teknologi asing yang mendampingi. Harus bisa bikin sendiri, ya nggak bisa! Teknologi kita belum sampai ke sana. Nah, wabah Covid-19 ini mau ndak mau  menghambat proses itu. Nah, tapi kita jangan tambah lagi dengan berita-berita bohong, bahwa TKA ini mengontrol kita. Nggak benerlah itu, kita juga ndak mau terjadi."

Soal ramai pemberitaan 500 TKA China, Luhut pun meluruskan.

"Nggak adalah! Saya juga baru dengar dari media. Pekerjaan ini nanti mulainya Juni atau Juli, saat ini mereka baru mulai minta ijin. Proses ijin itu bukan sehari."

Luhut menjelaskan,  PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS) sedang membangun pabrik baterai lithium di  di kawasan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara.

Namun, sampai saat ini dua perusahaan itu masih meminta izin memasukkan para TKA bekerja di Indonesia untuk menyiapkan HPAL (High Pressure Acid Leaching) yang dibutuhkan untuk membangun industri baterai lithium, di mana nikel merupakan bahan baku produk tersebut.

"Nanti yang kerja siapa? Ya sebagian kita, orang Indonesia. Sekitar 90-92 persen tenaga kerja dari Indonesia."

Luhut menyebut, orang-orang daerah nanti akan dipekerjakan di industri tersebut. Itu sebabnya pendidikan SMA di daerah selama tiga tahun belakangan semakin diperbaiki, agar mampu menembus politeknik itu

"Itu mengapa pendidikan SMA-nya yang kurang bagus, sekarang itu sejak 3 tahun terakhir ini mulai diperbaiki. Supaya masuk di politeknik itu, yang sekarang politiknya udah jalan tuh 600 orang pertahun," terang Luhut.

Luhut berharap, polemik TKA tidak diperkeruh dengan berita-berita yang belum tentu kebenarannya. Sebab, di saat Indonesia membangun lapangan pekerjaan, maka Indonesia perlu membangun induknya terlebih dulu dan itu berarti membutuhkan tenaga dan teknologi yang mumpuni.    

"Kita akan membangun lapangan kerja, betul. Tapi kan harus disiapkan dulu induknya. Setelah induknya jadi, barulah kita bikin lapangan pekerjaannya," ujar Luhut.[rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita