GELORA.CO - China mulai unjuk gigi setelah banyak diprovokasi oleh Australia. Pasalnya, saat ini negeri tirai bambu tersebut sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan pengebom siluman terbaru yang bisa mencapai Australia.
Bomber strategis H-20 rencananya akan membuat penampilan publik perdana di Zhuhai Airshow pada November tahun ini, jika pandemik Covid-19 sudah terkendali.
"Zhuhai Air Show diharapkan menjadi platform untuk mempromosikan citra China dan keberhasilannya dalam pengendalian pandemik, memberi tahu dunia luar bahwa penularannya tidak berdampak besar pada perusahaan industri pertahanan China," ujar seorang sumber seperti dimuat 9 News, Senin (4/5).
Namun jika benar China akan memunculkan H-20 nya, maka sudah pasti akan menimbulkan ketegangan, tidak hanya dengan Australia. Namun juga Jepang dan Semenanjung Korea, yang terjangkau dan terancam dalam serangan H-20.
H-20 sendiri dilaporkan memiliki kecepatan subsonik, jangkauan, persenjataan, dan teknologi siluman yang dapat menghindari radar. Pesawat tersebut juga bisa memiringkan keseimbangan strategis di Asia Pasifik.
H-20 diprediksi mulai beroperasi pada 2025 dengan muatan 45 ton. Itu juga dirancang untuk membawa empat rudal jelajah siluman atau hipersonik. Menurut Departemen Pertahanan AS, jarak tempuhnya bisa mencapai 8.500 km.
Pakar pertahanan China dari Universitas Macquarie Sydney, Adam Ni mengatakan, pengembangan pesawat seperti H-20 adalah untuk menghalangi negara-negara barat, seperti AS.
"China membuat kemajuan yang jelas dalam memperoleh pengebom strategis yang efektif yang akan meningkatkan pencegahan strategis terhadap para pesaingnya, seperti AS," katanya saat itu.
Kendati begitu, saat ini bukan hanya AS yang menjadi "musuh" bagi China. Australia juga sudah bergabung dengan AS dan negara-negara lain untuk menyerukan penyelidikan internasional tentang asal usul virus corona.
Meski ekonominya diguncang, anggaran pertahanan China tampaknya tidak akan terpengaruh oleh pandemik. Pada 2019 saja, anggaran pertahanan China mencapai 1,18 triliun yuan atau naik 7,5 persen dari 2018.
Asisten Profesor di Universitas Sydney, John Lee, memperkirakan bahwa tahun ini anggaran pertahanan China akan tetap kira-kira sama atau meningkat.
"Dalam lingkungan saat ini, Beijing ingin menekankan bahwa China telah pulih secara substansial dari Covid-19 dan bahwa lintasan kekuatannya tidak terpengaruh oleh peristiwa baru-baru ini," ujar Lee. []