GELORA.CO - Pandemik Covid-19 bukan saja menjadi krisis kesehatan, tetapi juga menjadi krisis utang. Meskipun tahun ini Amerika Serikat bakal mengalami defisit lebih dari 4 triliun dolar AS, namun pemerintahan Donald Trump nekat kembali akan berutang senilai 3 triliun dolar AS pada 2020.
Utang itu akan digunakan sebagai dana penanganan virus corona yang anggarannya menjadi sangat meledak, seperti dikutip dari BBC, Selasa (5/5).
Kongres AS menyetujui utang jumbo tersebut untuk dua bulan terakhir. Amerika membutuhkannya untuk menghindari dampak ekonomi dari krisis.
Selain pinjaman itu, Departemen Keuangan AS juga mengatakan kemungkinan akan menambah utang lagi sebesar 677 miliar dolar AS di kuartal ketiga.
Lonjakan besar dalam penerbitan utang dimaksudkan untuk menutupi biaya bantuan pemerintah untuk individu dan bisnis. Juga penangguhan pajak individu dan bisnis hingga Juli, dan peningkatan dalam asumsi saldo kas treasury pada akhir Juni.
Untuk memperoleh utangan, AS akan melepas surat utang pemerintah. Secara historis, obligasi AS memiliki tingkat bunga yang relatif rendah. Lantaran utangnya dipandang sebagai risiko yang relatif rendah oleh investor di seluruh dunia.
Sebenarnya, jauh sebelum wabah ini, beban utang negara telah naik ke tingkat yang sangat berisiko. Negara menghabiskan lebih banyak anggaran dari yang dibutuhkan di tengah pendapatan yang terus menurun.
Pekan lalu, ketua bank sentral Amerika, Jerome Powell, mengatakan dia ingin melihat keuangan pemerintah AS dalam kondisi yang lebih baik sebelum pandemi.
Namun, ia mengatakan saat ini pengeluaran dianggap sangat penting untuk meredam pukulan ekonomi. "Kita membutuhkan lebih banyak bantuan jika ingin ada pemulihan yang kuat," katanya.
Barangkali pengacara sekaligus Senator senior AS, Judd Gregg, benar. Ia mengatakan kemarin bahwa pepatah lama, ‘ketika berada di dalam lubang adalah berhenti menggali’ tidak berlaku lagi, karena Amerika terus saja menggali, dan penggalian tetap berlangsung dengan ganas oleh Presiden Trump dan Kongres.
Tampaknya tidak ada batasan untuk jumlah pengeluaran baru yang diusulkan dan dengan cepat disahkan untuk mencoba mengatasi gangguan yang disebabkan oleh pandemi ini,” kata Gregg. (Rmol)