GELORA.CO - Sikap sejumlah negara yang melancarkan aksi protesnya kepada China dan menyalahkan China atas wabah virus corona, dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap tatanan ekonomi global pasca pandemik.
Mantan wakil menteri perdagangan luar negeri Long Yongtu, menyimpulkan, China bisa jadi akan menghadapi isolasi dari tatanan ekonomi global pasca pandemik.
“Potensi isolasi geopolitik ini berasal dari kejatuhan ekonomi global pasca wabah corona,” ujar Yongtu, seperti dikutip dari SCMP, Senin (11/5).
Ia menyoroti, semakin banyak negara diperkirakan akan mengikuti Amerika Serikat dalam mengkritik China karena penanganan virus tersebut.
“Setelah pandemi, akan ada perubahan signifikan dalam perdagangan internasional, investasi dan rantai industri. Epidemi ini telah menyebabkan kerusakan besar pada globalisasi,” ujar Long. Ia mendesak perusahaan-perusahaan China uagar segera meningkatkan kecepatan ekspansi internasional mereka.
Penyebaran Covid-19 secara signifikan telah mengganggu rantai pasokan global, mengekspos ketergantungan negara-negara lain pada China untuk produk-produk vital dan memicu kekhawatiran tentang eksodus yang lebih cepat dari perusahaan-perusahaan asing.
Direktur Akademi Nasional Lembaga Ilmu Sosial untuk Keuangan dan Pembangunan, Li Yang, berkomentar atas sikap Long tersebut.
"Kami memiliki setiap alasan untuk mengatakan bahwa aliansi internasional sedang dibentuk akan mengucilkan China dan yuan," kata Li Yang. “Kami tidak punya pilihan lain selain membuat yuan lebih kuat dan menjadikan yuan sebagai mata uang internasional. Tentu saja, atas dasar yang sama, juga penting untuk membuat Cina lebih kuat," ujarnya.
Sementara itu AS, Uni Eropa, Australia, dan negara-negara lain telah meningkatkan ketegangan geopolitik terhadap China dengan menyerukan penyelidikan independen untuk menentukan asal virus.
Sebagian dari negara-negara itu juga mendesak China untuk meminta maaf dan membayar reparasi. (*)