GELORA.CO - China pantas maju. Di tengah wabah virus corona, negara tetap bisa melakukan ekspor dalam jumlah besar.
Sejak Maret 2020, China telah menjual hampir empat miliar masker ke berbagai negara.
Beijing telah mendorong pabrik untuk meningkatkan produksi pasokan medis karena pandemi ini membunuh lebih dari 60.000 orang di seluruh dunia. Sebagian dunia menghadapi kekurangan peralatan perlindungan.
Pejabat bea cukai Jin Hai memerinci, China telah mengekspor 3,86 miliar masker, 37,5 juta pakaian pelindung, 16.000 ventilator, dan 2,84 juta Covid-19 test kit. Barang-barang itu dikirim ke lebih dari 50 negara.
Dia menambahkan, ekspor pasokan medis tersebut bernilai 10,2 miliar yuan atau setara Rp23,8 triliun.
Namun beberapa negara sempat mengeluhkan produk medis yang dikirim dari Tiongkok. Banyak yang rusak dan tidak memenuhi standar. Di antara negara yang tidak puas, yakni Belanda, Filipina, Kroasia, Turki, dan Spanyol.
Pekan lalu, pemerintah Belanda menarik 600.000 masker dari total 1,3 juta yang didatangkan dari China. Mereka menyebut tidak memenuhi standar kualitas.
Spanyol juga menolak ribuan alat tes cepat yang dikirim perusahaan China setelah menemukan bahwa alat tersebut tidak dapat diandalkan.
Pejabat China membalas pada hari Minggu di laporan media atas pasokan medis yang cacat.
"Pada kenyataannya ada berbagai faktor, seperti China memiliki standar yang berbeda dan kebiasaan penggunaan yang berbeda dengan negara lain. Bahkan penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan keraguan atas kualitas," kata Jiang Fan, seorang pejabat di Kementerian Perdagangan.
Komentar itu menguatkan pernyataan dari juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying. Sepekan terakhir, dia berulang kali mendesak media Barat untuk tidak "mempolitisasi" atau "mengacaukan" masalah ini.
Awal pekan ini, Beijing memperketat peraturan untuk peralatan medis virus corona yang diekspor, yang mensyaratkan produk untuk memenuhi standar lisensi domestik dan negara tujuan mereka.
China juga telah meningkatkan kapasitas produksi kit pengujian Covid-19 menjadi lebih dari empat juta per hari, kata Zhang Qi, seorang pejabat Administrasi Produk Medis Nasional.[]