GELORA.CO - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meyakini bahwa banyak negara lain akan mengikuti Tiongkok yang merevisi angka kematian akibat virus Korona. Berdasar itu, jumlah korban yang meninggal akibat wabah Covid-19 secara global bisa saja lebih banyak dari angka yang saat ini dipublikasikan.
Seperti diketahui, pada Jumat (17/4) Tiongkok merevisi jumlah kematian akibat Covid-19 di Wuhan. Ternyata ada tambahan 50 persen atau 1.290 kematian. Jadi, total angka kematian di Wuhan saja mencapai 3.869 jiwa. Sebelumnya, Tiongkok melaporkan angka kematian di Wuhan hanya 2.579. Per Jumat (17/4) total kematian di Tiongkok menjadi 4.632 jiwa.
Wuhan sebagai epicentrum wabah Covid-19 di Tiongkok dan tempat awal mula munculnya virus tersebut, mengakui kesalahan langkah dalam menghitung jumlah kematian. Revisi yang dilakukan Tiongkok seolah menjawab meningkatnya keraguan dunia tentang transparansi mereka atas wabah tersebut.
WHO mengatakan Wuhan kewalahan mengatasi wabah Covid-19 yang muncul pada bulan Desember 2019. Otoritas setempat kerepotan mencatat dengan benar setiap kematian dan infeksi. Itulah pada akhirnya kemudian Tiongkok melakukan revisi jumlah kematian.
Pihak berwenang di Wuhan bahkan pada awalnya mencoba untuk menutupi wabah. Otoritas setempat bahkan menghukum dokter yang telah mengangkat wabah itu dan memprediksi bisa menjadi pandemi.
“Ini adalah tantangan dalam menghadapi wabah yang sedang berlangsung yakni untuk mengidentifikasi semua kasus dan kematian,” sebut Maria van Kerkhove, koordinator teknis Covid-19 WHO dalam konferensi pers virtual di Jenewa, Swiss, seperti dilansir AFP.
“WHO akan mengantisipasi bahwa banyak negara akan berada dalam situasi yang sama seperti Tiongkok. Mereka harus meninjau catatan dan melihat apakah data benar-benar sudah dirangkum. Apakah jumlah yang terkonfirmasi secara keseluruhan benar-benar seperti yang sudah dilaporkan,” imbuhnya.
Maria van Kerkhove mengatakan pihak berwenang di Wuhan saat ini telah memeriksa basis data mereka dan mengecek terjadinya perbedaan. Dia menambahkan bahwa karena sistem perawatan kesehatan Wuhan dipenuhi pasien menyebabkan beberapa pasien meninggal di rumah dan yang berada di fasilitas darurat dalam memasukkan data tumpang tindih. Terlebih petugas medis lebih fokus pada perawatan pasien. Hal itu menyebabkan pencatatan data kurang rapi.
Senada dengan Maria van Kerkhove, Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan, menyebut bahwa semua negara akan menghadapi hal seperti itu. Artinya, potensi adanya revisi angka kematian sangat besar. Namun, dia mendesak kepada semua negara yang terdampak wabah virus Korona untuk menghasilkan data yang akurat sedini mungkin. “Itu membuat kita tetap tahu dampaknya, dan memungkinkan kita untuk memproyeksikan penanganan dengan cara yang jauh lebih akurat,” sebutnya.[jpc]