GELORA.CO - Tukang gali kubur merupakan salah satu pekerjaan yang sangat disibukan saat pandemi virus corona seperti sekarang ini. Mereka seakan tidak berhenti menggali liang lahat untuk jenazah yang meninggal akibat virus ini.
Bahkan, tukang gali kubur di Indonesia sampai menjadi sorotan media asing. Salah satunya adalah media Singapura Channel News Asia (CNA) yang menyoroti kisah para penggali kubur di Indonesia.
"Di bawah terik matahari ibukota Indonesia Jakarta, penggali kubur bernama Minar memegang sekop dan menggali tanah. Pria 54 tahun ini tidak pernah sesibuk ini sejak 33 tahun sebagai penggali kubur di pemakaman Pondok Rangon di Jakarta Timur." tulis Channel News Asia yang dikutip Kamis (23/04).
"Pekerjaan saya sekarang sangat berbeda ... Saya hampir tidak bisa istirahat," kata Minar pada CNA.
"Sekarang sangat melelahkan karena ada begitu banyak mayat tiba setiap hari, jadi aku merasa lelah karena menggali tanpa henti." tambahnya.
CNA juga mengulas tingkat kematian Indonesia akibat virus corona tertinggi di Asia Tenggara, sekitar 9 persen. Setengah dari total kasus ada di Jakarta, dengan sekitar 300 kematian.
Media Singapura tersebut juga mengutip komentar pemerintah provinsi telah memerintahkan untuk mereka yang terinfeksi virus corona, serta mereka yang dicurigai terinfeksi hanya dikuburkan di dua pemakaman umum, satu di Jakarta Timur tempat Minar bekerja dan yang lainnya di Jakarta Barat.
Salah satu aspek yang menjadi sorotan CNA tentang penggali kubur adalah cara bekerja tukang gali kubur di Indonesia. CNA meengulasnya sebagai berikut:
"Tapi sejak COVID-19 pecah, Minar telah menggali kuburan setiap hari, bahkan jika timnya seharusnya ditugaskan untuk tugas-tugas lain," tulis CNA.
"Satu kuburan membutuhkan dua jam penggalian, dan saat ini Minar menggali hingga lima kuburan sehari,"
"Aku berpacu dengan waktu. Kadang-kadang ketika mayat tiba, kuburan belum siap, " ungkap Minar pada CNA.
Sebelum pandemi COVID-19, ada hari-hari ketika Minar tidak harus menggali kuburan sama sekali hanya karena tidak ada kematian.
Tim beranggotakan empat orang biasanya bekerja di satu kuburan, tetapi tetap saja itu bukan pekerjaan yang mudah.
Karena diyakini bahwa coronavirus dapat bertahan di tubuh setelah seseorang meninggal, protokolnya adalah melakukan penguburan sesegera mungkin untuk meminimalkan risiko penyebaran virus.
"Aku berpacu dengan waktu. Kadang-kadang ketika mayat tiba, kuburan belum siap, "kata Minar.
“Berbeda sekarang, tidak ada keluarga almarhum menyaksikan proses.
"Semuanya harus dilakukan dengan cepat."
Tidak lebih dari lima orang dapat berkumpul di sekitar makam setelah penguburan selesai dan ambulans telah pergi.
Minar mengatakan dia diliputi kesedihan setiap kali dia melihat keluarga almarhum mengucapkan selamat tinggal terakhir mereka dari jauh.
Selain itu CNA juga mengulas tentang kekhawatiran para penggali kubur akan tertular Covid-19 ini. Namun untungnya Minar mendapatkan dukungan dari tetangga dan keluarganya.
Kemudian fenomena kuburan yang sepi saat akan menjumpai bulan Ramadhan juga ikut diulas. Biasanya pemakakaman penuh dengan peziarah yang akan 'nyekar'.
Tapi suasananya sangat berbeda tahun ini, karena tidak ada yang diizinkan untuk mengadakan ritual di tengah lockdown sebagian di Jakarta.[sc]