GELORA.CO - Wabah virus corona baru atau Covid-19 seperti samurai raksasa yang jatuh dari langit. Sekalipun ada raksasa yang mencoba menahan samurai itu, tentu tangannya akan berdarah.
Begitu kata ekonom senior DR. Rizal Ramli saat menjadi narasumber dalam Indonesia Lawyers Club (ILC) bertajuk “Corona: Setelah Wabah, Krisis Mengancam?” pada Selasa malam (21/4).
Perumpamaan itu disampaikan Rizal Ramli menyikapi fenomena negara yang sibuk memberikan pompa ekonomi secara makro di saat wabah corona sedang terjadi.
Seharusnya, kata Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu, fokus utama yang harus diselesaikan adalah membiarkan samurai jatuh ke tanah lebih dulu. Dengan kata lain, sebaran virus corona harus menjadi yang utama untuk diselesaikan.
“Kasarnya, Indonesia nggak kaya-kaya amat. Kalau ada perusahaan mau buyback saham, bleeding loe (kamu). Lihat saja semua grup-grup besar di Indonesia, valuasinya drop ada yang Rp 200 T dan sebagainya,” tegasnya.
“Samurai itu harus jatuh dulu ke tanah, baru kita lakukan sesuatu,” sambung Rizal Ramli menekankan.
Mantan Menko Maritim itu lantas mengurai apa yang terjadi di Amerika Serikat. Pompa stimulus sebesar 1 triliun dolar AS ternyata tidak mampu memberi hasil yang sesaat atau tidak signifikan.
“Cuma berapa hari doang indeks di Amerika naik, abis itu anjlok lagi,” ujarnya.
Hal itu terjadi karena corona belum selesai. Sehingga, pompa apapun tidak akan berpengaruh.
Untuk itu, Rizal Ramli mengingatkan agar pemerintah Indonesia tidak salah ambil kebijakan pumping macro. Upaya untuk menekan rupiah ke angka Rp 15 ribu per dolar AS akan menjadi sia-sia jika corona tidak selesai.
“Jadi jangan sok jago. Kemampuan kita terbatas, jangan lakukan makro pumping, atau corporate pumping yang tidak perlu. Bereskan kasus corona, otomatis nanti semua akan lebih baik,” tutupnya. []