GELORA.CO - Presiden Joko Widodo diharapkan dapat membuka data perjanjian utang dengan China di saat beberapa negara sedang sentimen negatif atas pinjaman utang dari negeri tirai bambu tersebut.
Hal itu disampaikan oleh pengajar komunikasi politik Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syah usai melihat langkah Presiden Tanzania John Magufuli terkait perjanjian utang dari China yang mengalahkan logika dan hanya dapat diterima oleh seorang pria mabuk.
"Dalam kondisi banyaknya informasi tentang iklim pinjaman China di berbagai negara, dan lebih banyak yang bernada negatif, perlu bagi Presiden (Jokowi) untuk membuka perjanjian dengan China," ucap Dedi Kurnia Syah, Minggu (26/4).
Hal itu, kata Dedi, perlu dilakukan Presiden Jokowi agar memperoleh dukungan publik dalam proses pembangunan serta memulihkan kepercayaan publik pada pemerintah.
"Hal ini baik untuk memperoleh dukungan publik dalam proses pembangunan. Bagaimanapun, sentimen negatif pada China tidak dapat ditutupi, untuk memulihkan kepercayaan publik pada pemerintah, presiden seyogyanya terbuka," pungkas Dedi. []