GELORA.CO - Mundurnya Adamas Belva Syah Devara dari Staf Khusus (Stafsus) Milenial Presiden Joko Widodo diapresiasi banyak pihak. Salah satunya oleh pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago.
Pangi menilai, mundurnya Belva Devara sangat baik bagi fatsun dan tradisi politik di Indonesia.
“Belva sudah memberikan contoh yang baik dengan punya budaya malu, punya akhlak. Beda dengan politisi tua kita, sudah gagal, sudah nggak bisa berbuat apa-apa, tetap nggak mau mundur," ujarnya Rabu (22/4).
Nama Belva belakangan mencuat lantaran pendiri sekaligus Direktur Utama Ruangguru itu mendapat proyek dari Istana dengan jumlah yang disebut fantastis untuk Program Kartu Prakerja.
Kembali ke penilaian Pangi. Menurutnya, budaya malu di Indonesia adalah sesuatu yang langka. Belva telah menunjukan tradisi yang patut dicontoh, khususnya bagi pejabat senior lainnya.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting itu juga menilai surat pengunduran diri Belva Devara yang dikirim secara terbuka kepada presiden, sangat berkelas dan alasannya sangat rasional, yakni tidak mau membebani presiden dengan asumsi publik terkait konflik kepentingan soal Kartu Pra Kerja.
"Ini yang saya maksud tahu diri dan Belva punya sense of high politics (politik kelas tinggi) sadar dan punya jiwa besar karena tidak mau berlarut larut menjadi masalah baru," jelas Pangi.
"Oleh karena itu, kita angkat topi dengan keputusan Belva, semoga ini bisa menularkan tradisi ke politisi dan pejabat tua kita yang nggak punya rasa malu, nggak punya budaya mundur, padahal sudah tidak mampu dan tidak bisa berbuat banyak, tetap ngotot bertahan," sindir Pangi.[rmol]