GELORA.CO - Media Arab Saudi Gazette mengulas tentang peristiwa pembunuhan Raja Arab Saudi Faisal bin Abdulaziz al-Saud yang dilakukan oleh keponakannya sendri.
Menurut media tersebut, putra dari Raja Faisal, yaitu Pangeran Turki al-Faisal, menceritakan peristiwa kelam yang dialami ayahnya pada 25 Maret 1975.
Pangeran Turki menegaskan tidak ada pihak asing yang terlibat. Pembunuhan itu murni tindakan sepupunya, Faisal bin Musaid.
Pangeran Turki yang tampil dalam sesi wawancara di kanal TV Rotana Khalijiah, Senin (27/4) lalu, mengatakan: “Raja Khalid (penerus Raja Faisal) telah menugasi saya untuk ikut serta dalam penyelidikan pembunuhan Raja Faisal dan kami mengadakan kontak dengan semua sumber yang tersedia pada saat itu secara internal dan eksternal,” kisahnya, seperti dikutip dari Saudi Gazette, Selasa (28/4).
Motif pelaku di balik pembunuhan sang ayah hingga saat ini masih rancu. Pangeran Turki yang juga mantan kepala Badan Intelijen Umum Arab Saudi itu, mengatakan sangat sulit untuk membedakan apakah aksi itu terkait dengan Raja Faisal sebagai pribadi atau kebijakannya selama memerintah.
Dia sendiri melihat motif pelaku beragam.
Pangeran Naif yang saat itu adalah menteri dalam negeri Arab Saudi pada waktu itu berpartisipasi dalam penyelidikan.
“Umar Syams, kepala Intelejen saat itu, berpartisipasi dalam penyelidikan dan mengadakan kontak dengan semua agen asing yang memiliki hubungan dengan kerajaan,” kata Pangeran Turki.
Sudah lazim di Arab Saudi untuk tidak mengumumkan nama kepala badan intelijen. Namun, ketika Pangeran Turki ditunjuk untuk memegang jabatan itu pada 1979, beberapa tahun setelah ayahnya wafat, peraturan itu berubah.
“Pengangkatan saya diumumkan dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Istana Kerajaan dan diumumkan kepada publik melalui media,” tuturnya.
“Ketika saya mengambil alih kendali (jabatan kepala), saya melihat peraturan Badan Intelijen Umum yang terdiri dari satu halaman. Setelah mendapatkan persetujuan dari para penguasa, saya bekerja keras untuk menerapkan peraturan intelijen yang komprehensif untuk memastikan kelancaran fungsi serta untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan,” ucapnya.
Pangeran Turki menekankan, Arab Saudi menaati hukum syariah Islam. Sistem intelijen dan yurisdiksinya tidak mengizinkan pembunuhan siapa pun di bagian dunia mana pun. Di sisi lain, peran intelijen adalah untuk mengumpulkan informasi dan mencari sumber sebelum menyerahkannya kepada pejabat terkait.
Raja Faisal semasa hidupnya ingin membujuk anggota oposisi Saudi yang tinggal di luar wilayah kerajaan untuk kembali ke negara mereka.
Ia dikenal sebagai salah satu raja yang memiliki pengaruh besar dalam Kerajaan Arab Saudi. Saat Raja Faisal memimpin (1964-1975), dia dianggap sebagai tokoh yang membawa pandangan modern. Raja Faisal juga tercatat sebagai orang yang menghapus perbudakan di Arab Saudi serta salah satu tokoh di Timur Tengah yang tegas dalam menolak dominasi Amerika Serikat atau Uni Soviet.
Pada 25 Maret, 44 tahun yang lalu, tragedi melanda Arab Saudi. Raja Faisal dibunuh oleh keponakannya sendiri, Pangeran Faisal Ibu Musaed. Pangeran Faisal menembakkan tiga peluru ke tubuh Raja dari jarak dekat. Peristiwa itu terjadi saat berlangsung audiensi kerajaan.
Sebelum penembakan terjadi Raja Faisal membungkukkan badan untuk mencium sang keponakan, Pangeran Faisal. Akan tetapi, ia justru mendapatkan tembakan langsung di dagu dan telinga. Penjaga raja yang mengetahui kejadian itu langsung mengarahkan pedang kepada Pangeran Faisal. Namun, pedang pengawal masih dalam kondisi tertutup sehingga tidak melukainya sama sekali, seperti yang dituliskan BBC.
Menteri Perminyakan Sheikh Yamani berteriak kepada sang penjaga untuk tidak membunuh Pangeran Fasial. Raja Faisal langsung dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan masih hidup. Tim dokter telah mencoba menyelamatkan nyawa Raja, misalnya dengan melakukan transfusi darah dan memijat bagian hati. Namun, luka tembak yang diterimanya terlalu fatal untuk ditangani. Ia pun tutup usia pada hari itu juga, di usia ke-69.
Pangeran Faisal langsung ditangkap dan diamankan untuk dimintai keterangan. Berdasarkan pemeriksaan Pangeran Faisal memiliki gangguan keseimbangan mental karena kematian kakaknya.
Pangeran Faisal dinyatakan bersalah dan dihukum mati. Ia dipenggal di hadapan para petinggi kerajaan dan masyarakat umum menggunaan pedang berhulu emas pada 17 Juni 1975 di alun-alun kota Riyadh.
Hadir saat itu Pangeran Salman, adik dari Raja Faisal.
Raja Faisal didaulat menjadi Raja Arab Saudi setelah ayahnya, Raja Saud, turun takhta pada 1964. []