GELORA.CO - Media asing Reuters menyebutkan, korban meninggal dunia akibat Covid-19 di Indonesia jauh lebih tinggi dari angka yang dilaporkan.
Per Senin (27/4), Kementerian Kesehatan melaporkan, angka kematian akibat Covid-19 secara nasional di 34 provisi mencapai 765. Namun, data dari Reuters menunjukkan, sudah ada 2.212 orang yang meninggal dunia akibat infeksi virus mematikan yang muncul pertama kali di Wuhan tersebut.
Angka 2.212 itu pun Reuters dapatkan hanya dari 16 provinsi. Di mana banyak yang meninggal masih berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
Data tersebut Reuters hasilkan dari data yang setiap hari dan pekannya dikumpulkan, mulai dari situs web rumah sakit, klinik, dan petugas pekaman. Media tersebut pun meninjau laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Berusaha untuk menindaklanjuti temuan tersebut, Reuters kemudian menghubungi anggota gugus tugas Covid-19, Wiku Adisasmito. Wiku sendiri tidak membantah temuan tersebut, namun menolak untuk mengomentari perihal angka kematian yang ia yakini.
Wiku mengatakan, dari 19.897 orang yang diduga menderita Covid-19, banyak dari mereka yang belum diuji karena antrian panjang di laboratorium. Sayangnya, beberapa orang sudah meninggal sebelum sampel mereka dianalisis.
"Jika mereka memiliki ribuan atau ratusan sampel yang perlu mereka uji, mana yang akan diprioritaskan? Mereka akan memberikan prioritas pada orang-orang yang masih hidup," ujar Wiku.
Indonesia sendiri adalah salah satu negara dengan tingkat pengujian Covid-19 paling rendah di dunia. Beberapa ahli epidemiologi mengatakan, hal tersebut membuat sulit membuat gambaran akurat mengenai tingkat infeksi di tanah air.
Seperti halnya Wiku, ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono juga mengungkapkan keyakinannya bahwa banyak dari PDP yang meninggal disebabkan oleh Covid-19.
Saya percaya sebagian besar kematian PDP disebabkan oleh Covid-19,” kata Pandu.
Berdasarkan temuan data Reuters, prosesi pemakaman di Jakarta pada Maret naik 40 persen sejak Januari 2018. Gubernur Anies Baswedan mengungkapkan, Covid-19 menjadi satu-satunya alasan melonjaknya angka tersebut.(rmol)