Langgar Lockdown Corona, 100 Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ulama Bangladesh

Langgar Lockdown Corona, 100 Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ulama Bangladesh

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Lebih dari 100 ribu orang di Bangladesh melanggar aturan lockdown untuk membatasi penyebaran virus Corona (COVID-19). Orang-orang itu menghadiri pemakaman seorang ulama terkemuka di distrik Brahmanbaria.
Seperti dilansir CNN dan Associated Press, Senin (20/4/2020), jumlah orang yang menghadiri acara pemakaman ulama yang juga pemimpin senior sebuah partai Islamis setempat itu telah dikonfirmasi oleh asisten spesial Perdana Menteri Bangladesh, Shah Ali Farhad dan juru bicara Kepolisian Brahmanbaria, Imtiaz Ahmed.

Acara pemakaman ulama bernama Maulana Zubayer Ahmad Ansar yang digelar pada Sabtu (18/4) waktu setempat, ini membuat banyak orang melanggar aturan lockdown yang melarang perkumpulan lebih dari lima orang saat menghadiri ibadah atau acara doa dalam sekali waktu.

Hal ini memicu kekhawatiran penularan massal virus Corona.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Islamis setempat, Mohammad Mamunul Haque, menyebut bahwa puluhan ribu orang yang menghadiri pemakaman itu membanjiri jalanan distrik Brahmanbaria. Mereka berjalan kaki dan saling berdesakan demi menghadiri pemakaman itu.

Orang-orang berkumpul di depan Madrasah Jamia Rahmania yang menjadi lokasi pemakaman. Mufti Mubarro Ullah selaku kepala madrasah itu menyatakan awalnya pemakaman akan digelar secara sederhana demi mematuhi lockdown.

"Kami ingin membuat pengaturan kecil untuk pemakaman, dengan mematuhi panduan pemerintah dalam menjaga keselamatan dan kesehatan. Tapi orang-orang berkumpul untuk memberi penghormatan tanpa sepengetahuan kami. Kami tidak tahu bagaimana itu terjadi," ucapnya.

Secara terpisah, juru bicara Kepolisian Sentral Bangladesh, Sohel Rana, pihak kepolisian tidak mampu mengendalikan kerumunan orang yang menghadiri pemakaman itu. Para personel yang bertugas untuk mengawal massa itu akhirnya ditarik dari acara tersebut.

Rana menambahkan bahwa sebuah komisi telah dibentuk untuk menyelidiki mengapa kerumunan orang sebanyak itu dibiarkan berkumpul pada satu waktu.

Hingga Minggu (19/4) waktu setempat, otoritas Bangladesh mengonfirmasi 2.456 kasus virus Corona, dengan 91 kematian. Namun para pejabat setempat menyebut total kasus yang sebenarnya jauh lebih banyak karena kurangnya alat tes virus Corona di negara itu. Sebagai upaya membatasi penyebaran virus Corona, otoritas Bangladesh memberlakukan lockdown nasional yang akan berlangsung hingga 25 April mendatang.(dtk)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita