Kisah Ritual Tanggal 6 Perampok Toko Emas di Jakarta

Kisah Ritual Tanggal 6 Perampok Toko Emas di Jakarta

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Komplotan perampok toko emas di Kembangan, Jakarta Barat punya ritual tersendiri sebelum dan sesudah melakukan aksinya. Kelompok ini juga mempercayai weton atau penanggalan yang pas agar membawa 'keberuntungan' dalam melakukan aksinya.
Dirangkum detikcom, total lima pelaku yang ditangkap polisi. Tiga orang di antaranya tewas tertembak karena melakukan perlawanan, sementara dua orang lainnya tertembak di bagian kaki.

"Pada saat dilakukan penangkapan di kontrakan di Depok, sempat terjadi penembakan ya. Pada saat ditangkap sempat terjadi perlawanan terhadap petugas, terjadi tembak-menembak saat itu dan 3 orang pelaku meninggal dunia di tempat, yang dua tertembak sempat dilarikan ke RS ya," jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus dalam jumpa persnya yang disiarkan secara live melalui Instagram Polres Jakbar, Senin (13/4/2020).

Yusri mengatakan, komplotan ini beraksi lintas provinsi. Tercatat, kelompok ini sudah empat kali melakukan aksinya.

"Pertama di Kalimantan, sepanjang Jawa daerah Pantura, kemudian yang kalau teman ingat sekitar tanggal 6 Desember 2019 terjadi perampokan di toko emas 'Eropa' di Kemayoran Jakpus, ini juga pelakunya yang sempat dilidik, kelompok ini yang gasak toko emas Eropa saat itu. Mereka telah lakukan 4 kali pengakuannya," paparnya.
Komplotan ini dinamakan sebagai kelompok wetonan. Para pelaku mempercayai penentuan tanggal yang pas untuk melakukan aksi sehingga membawa keberuntungan.

"Kenapa wetonan, karena kepercayaan mereka. Mereka percaya bahwa contoh, menurut mereka bahwa mereka akan lakukan kejahatan setiap tanggal 6," ucapnya.

Mereka juga percaya bahwa setelah merampok, mereka harus bersembunyi di Jawa Tengah. Mereka meyakini dengan kaburnya ke Jawa Tengah tidak akan bisa tertangkap polisi.

"Kepercayaan mereka itu pada saat selesai lakukan kejahatan perampokan ini mereka harus masuk ke Jateng dulu. Kalau masuk ke sana itu mereka anggap buang sial dan tidak akan tertangkap," lanjutnya.

Namun, adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tidak membuat mereka mujur. Mereka terpaksa menetap sementara waktu di Depok untuk menghindari kejaran polisi.

"Tetapi terakhir yang dilakukan mereka berupaya ke Jateng, sementara saat itu di perbatasan ada kegiatan PSBB sehingga tidak bisa masuk ke sana dan balik lagi ke kos-kosan, terjadi lah penangkapan," katanya.

Kelima pelaku yakni T, A alias R, DA alias AN, AG dan PT alias TN. Yusri menyebut, para pelaku memanfaatkan situasi pandemi Corona. Mereka leluasa melakukan aksinya karena lokasi sedang sepi.

"Keterangan awal kenapa tanggal 6 kemarin, karena mereka mulai lihat situasi pandemi COVID-19 ini situasi sepi karena banyak perkantoran tutup. Dia lihat situasi kosong sehingga dimanfaatkan perampokan di Jakbar, itu keterangan pelaku," sebutnya.

Sementara itu Kasat Reskrim Polres Jakarta Barat Kompol Teuku Arsya Khadafi mengatakan bahwa para pelaku mengincar sasaran yang minim pengamanan.

"Kelompok ini cukup matang dalam mencari sasaran, cari lokasi yang tidak ada CCTV," kata Arsya.

Dalam kesempatan yang sama, Kapolres Jakarta Barat Kombes Audie Latuheru mengatakan bahwa para pelaku ini telah memetakan situasi dan kondisi di lokasi sebelum melakukan aksinya. Mereka sudah mengincar target 1 bulan lamanya.
Dan disampaikan hitung-hitungan mereka lakukan tanggal 6 April dan melarikan diri ke Jawa karena tidak bisa lari ke Jawa karena ada sweeping PSBB di Jateng dan tertangkap dalam waktu kurang dari seminggu," kata Audie.

Audie menambahkan, komplotan ini terkenal sadis. Mereka tidak segan-segan melukai korban yang melakukan perlawanan dengan senjata api.

"Mereka gunakan senpi jenis revolver ini adalah senpinya memang rakitan, tapi pelurunya adalah peluru asli, peluru pabrik dan mematikan, dan mereka termasuk kelompok yang tak segan melakukan penembakan jika korban melawan," sambung Audie.

Audie juga mengapresiasi jajaran Satreskrim Polres Jakbar yang telah menangkap para pelaku. Meski situasi tengah wabah COVID-19 namun tidak menyurutkan semangat untuk mengungkap kejahatan di Ibu Kota.

"Pertama saya sampaikan apresiasi yang tinggi ke Kasatreksim Jakbar beserta jajaran, di samping jaga diri dan keluarga agar tidak jadi korban COVID-19, tapi tidak turunkan kualitas pelayanan, seusai arahan Kapolri, wabah COVID-19 ini tidak sama sekali menurunkan kualitas pelayanan kepada masyarakat," terang Audie.

Perampokan tersebut terjadi pada Senin 6 April 2020 siang lalu. Di sana, komplotan ini menodongkan senjata api lalu menggondol setengah kilogram emas dan 1 kg perak senilai total Rp 400 juta.(dtk)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita