Kemenag: Pandangan Agama Pengaruhi Cara Menyikapi Corona

Kemenag: Pandangan Agama Pengaruhi Cara Menyikapi Corona

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Juru Bicara Kementerian Agama (Kemenag), Oman Fathurahman mengatakan paradigma masyarakat dalam menyikapi pandemi virus Corona (COVID-19) dipengaruhi oleh pandangan keagamaannya. Semisal ada yang tetap ingin pergi ke masjid atau tempat ibadah lain, meski sudah diminta untuk beribadah di rumah.
"Itu sikap melakukan mau physical distancing itu kan banyak dipengaruhi cara pandang keagamaan. Contohnya betapa cara pandang keagamaan seseorang mempengaruhi apakah dia bersikap terbuka, konservatif, moderat atau ekstrem. Meski ini bukan satu-satunya variabel cara pandang keagamaan, tentu ada variabel lain yang tidak ingin saya sebut di sini, soal ekonomi segala tentu ada pakarnya," ujar Oman dalam video conference Majelis Reboan Kemenag, Rabu (1/4/2020).

"Tapi yang ingin saya tekankan paradigma keagamaan sangat menentukan sikap seseorang. Kalau cara pandang keagamaannya misalnya terbuka, maka ragam narasi agama ketika menyikapi COVID-19 ini juga akan terbuka, dan sebaliknya kalau tertutup maka menyikapinya juga pasti akan tertutup," sambungnya.

Oman mencontohkan, pemerintah sudah mengimbau masyarakat untuk menjaga jarak, tidak bersalaman dan cium tangan atau berinteraksi secara fisik. Namun, kata dia, imbauan itu tidak akan berhasil apabila ada tokoh agama yang membuat narasi tindakan itu tetap diperbolehkan.

"Bayangkan di pesantren misalnya, di pesantren kan cium tangah santri ke kiai dianggap sunnah, dianggap sebagai bagian dari takdzim itu ada karomahnya. Ini kalau seandainya tokoh agama, katakanlah kiainya memberikan suatu fatwa, suatu narasi bahwa misalnya harus cium tangan, tetap harus melakukan aktivitas seperti biasanya menggunakan tafsir agama, saya kira anjuran pemerintah dan tenaga medis tidak akan efektif," katanya.

Oman menjelaskan dari tulisan ahli hadits, Ibnu Hajar al-'Asqalani yang ditulis pada abad ke-14. Dalam tulisan itu Ibnu Hajar menjelaskan wilayahnya di Damaskus ada wabah penyakit yang diberi nama koun. Masyarakat saat itu dihimbau tetap di rumah, namun mereka mengabaikan dan tetap melakukan aktivitas keagamaan dengan membuat kerumunan.

"Sebagaimana al-'Asqalani dulu pernah terjadi dan masyarakat mengabaikan atas nama agama, mengabaikan saran dari tenaga medis untuk tidak berkerumun dan akibatnya wabahnya semakin parah dan tingkat kematian menjadi tinggi," ujarnya.

Oleh karena itu, Oman meminta masyarakat untuk mematuhi himbauan pemerintah tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Tujuannya, untuk memutus rantai penularan virus Corona.

"Kita sebagai umat beragama, kita perlu menggunakan keimanan kita dan juga akal kita," tandasnya.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita