GELORA.CO - Pemerintah meluncurkan layanan untuk konsultasi pskilogi selama masa pendemi corona atau Covid-19. Layanan konsultasi bernama Sejiwa ini menanggapi banyaknya laporan atas gangguan psikologi masyarakat, beberapa waktu belakangan ini.
Menurut Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko, inisiatif ini melihat situasi yang tak menentu dan dihadapi berbagai informasi hoaks.
"Ancaman tekanan psikologi dibuktikan dengan banyaknya jumlah aduan kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan berdasarkan data dari LBH, Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (APIK)," kata Moeldoko lewat konferensi pers virtual, Rabu, 29 April 2020.
Moeldoko menambahkan, "Selama 16-30 Maret 2020 terdapat 59 kasus kekerasan seperti perkosaan, pelecehan seksual, dan online pornografi yang terjadi. Di antara kasus tersebut, 17 di antaranya adalah kasus KDRT."
Menurut Moeldoko, fenomena tersebut juga terjadi di sejumlah negara. Masyarakat pun dapat menghubungi saluran telepon dengan nomor 119 (ext 8) yang akan langsung tersambung dengan relawan konselor.
"Laporan ketua gugus tugas percepatan menyampaikan bahwa persoalan corona, 20 persen adalah persoalan kesehatan dan 80 persen persoalan psikologi. Dengan demikian, jika masyarakat tak bisa menjaga psikologi mereka sendiri maka ada kecenderungan imunitas tubuh akan menurun, dan akhirnya itu yang membuat seseorang terkena covid dan melemah," katanya.
Dalam kesempatan itu, turut hadir memberikan testimoni adalah penyintas kasus pertama terinfeksi corona di Indonesia, Sita Tyasutami. Sita membagi pengalamannya, saat itu dirinya kaget dan merasa mendapat tekanan ketika mengetahui terjangkit virus. Ia berharap, layanan Sejiwa membantu masyarakat, tidak hanya bagi pasien yang tengah berjuang untuk sembuh.
"Saat itu kami sekeluarga merasakan tekanan karena ada rasa syok dan takut, serta ada tekanan dari media dan rakyat. Jadi, saat itu dengan segala fakta yang diputarbalikkan saya mengalami tekanan batin. Sampai-sampai gejala saya tersisa batuk kering saja, dan saat semua foto dan identitas saya terkuak akhirnya fisik saya drop lagi dan imun saya melemah. Semua gejala yang hilang akhirnya kembali lagi," kata dia.
Dia melanjutkan, "Yang membantu saya saat itu adalah salah seorang psikolog kenalan teman saya yang selama sehari penuh saya menceritakan pengalaman saya dan akhirnya saya bisa tenang. Yang awalnya saya tensi naik dan tak bisa napas lagi, padahal sudah keluar RS, akhirnya saya bisa tenang lagi."
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo, mengatakan bahwa strategi tim yang dipimpinnya saat ini yakni menjaga keseimbangan antara faktor medis dan faktor psikologis. Pemerintah, kata dia, tak bosan-bosan selalu mengimbau masyarakat menjaga kesehatan dan kebersihan.
"Faktor psikologi sangat penting untuk menjaga imunitas tubuh masyarakat. Masyarakat selalu diajak untuk selalu menjaga stamina dengan makan makanan bergizi, istirahat cukup, olahraga teratur, gembira dan tidak panik. Istilah gampang, perut kenyang, hati senang, dan pikiran tenang. Mereka yang panik dan depresi, akan alami penurunan imunitas tubuh dan pada akhirnya dengan mudah terpapar Covid," ujarnya. []