Jokowi Ingin Hidup Normal di Juli, JK: Kita tidak Tahu Kapan

Jokowi Ingin Hidup Normal di Juli, JK: Kita tidak Tahu Kapan

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Wakil Presiden ke-10 dan 12 Republik Indonesia Jusuf Kalla memberikan pandangan perihal dampak yang ditimbulkan wabah Covid-19. Satu pertanyaan yang sering ditanyakan, kapan kehidupan kembali seperti semula?

Dalam wawancara khusus dengan CNN Indonesia, kemarin, JK mencoba memberikan analisisnya.

"Begini, (pemulihan) ekonomi akan makan waktu. Kita tidak bisa prediksi itu, tapi akan makan waktu. Sama dengan kita tidak tahu kapan kita hidup normal. Kapan kita pergi ke mal akan makan waktu setahun, dua tahun," ujarnya.

Ketua Umum Palang Merah Indonesia itu pun mengungkapkan penemuan vaksin merupakan salah satu jawaban dari penanganan Covid-19. Tidak hanya di dunia melainkan juga di tanah air.

"Intinya kapan vaksin itu ditemukan karena selanjutnya bagaimana memvaksin 5 miliar orang dunia ini dan semua orang di Indonesia. Itu harus divaksin semua, supaya tidak menyebar," kata JK.

"Ini bencana kesehatan, sosial ekonomi yang terbesar, tapi ini bukan yang baru. Tahun 1918 kita ada flu Spanyol diperkirakan 40 juta orang meninggal. Orang meninggal masih lebih banyak (karena Flu Spanyol), perang dunia kedua juga lebih besar, secara bersamaan. Tapi secara bersamaan sulitnya krisis ekonomi, sosial, kesehatan bergabung jadi satu. Ini yang sulitnya Covid-19," lanjutnya.

Sebelumnya, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Letnan Jenderal TNI Doni Monardo, mengungkapkan sejumlah pesan penting Jokowi terkait penanganan Covid-19. Salah satunya terkait dengan kapan kehidupan kembali seperti semula.

"Presiden (Jokowi) minta kita kerja lebih keras, lebih patuh, lebih disiplin agar pada Juni yang akan datang kita bisa turunkan Covid-19 di Indonesia. Juli diharapkan kita bisa memulai hidup normal kembali," ujarnya.

Oleh karena itu, Doni mengatakan pemerintah terus mengusahakan berbagai langkah. Mulai dari memberikan imbauan kepada masyarakat dengan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti perihal jaga jarak, cuci tangan, hingga menghindari kerumunan.

Tidak ketinggalan, lanjut Doni, adalah tes masif pada bulan April-Mei, dilanjutkan dengan pelacakan agresif dan isolasi yang ketat. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita