Oleh:Adian Radiatus
PEMANFAATAN wabah Covid-19 untuk kepentingan kelompok pengacau politik sungguh biadab. Adu domba pernyataan pusat dan daerah atau khususnya Pemprov DKI dan lebih spesifik lagi antara Jokowi dan Anies adalah salah satu misi kelompok ini.
Mencoba ambil sisi sensitif rivalitas kepemimpinan antara Anies dan Jokowi adalah blunder besar. Itu cuma ada di dunia medsos abal-abal. Komunikasi kedua tokoh berjalan baik. Online secara berkala. Satu misi atasi Covid-19 dengan korban seminim mungkin hingga nol seiring waktu yang berjalan.
Jokowi ingin merangkul semua pihak dalam menghadapi wabah ini. Ajakannya itu disampaikan beberapa kali. Langsung atau via release online. Upaya menyanjungnya dengan barter menista Anies adalah niat busuk murahan.
Jadi bila niat dengan korbankan nama baik Anies bisa mengambil hati Jokowi atau lingkarannya, pakai teori lenyapkan yang kecil agar dapat yang besar. Maka sebaiknya pikiran semacam itu dibuang jauh-jauh.
Saat ini yang paling utama adalah ketulusan hati bersumbangsih bagi kekuatan bersama menyelamatkan rakyat dari wabah dan ekses sosial ekonomi serta dampak psikologisnya.
Penulis akun Facebook, Ahura Masda alias Zeng Wei Jian mengulas kaum mampu kelas menengah atas turun tangan sumbangsih. Makanan, sembako juga APD termasuk properti yang dirubah fungsi menjadi rumah sakit.
Tanpa sadar ZWJ pun telah turut sumbangsih semangat melalui tulisan-tulisannya itu. Untuk masa sulit kerja dari rumah ini, itu termasuk dukungan harapan yang luar biasa. Pena bisa lebih tajam dari pisau. Begitu kata salah satu ungkapan.
Sayangnya dengan pena itu pula ulasan bisa menjadi 'racun' bagi pembacanya bila ditelan mentah-mentah. Kaum buzzer berbayar sangat paham hal ini.
Reportase opininya tentang presiden Jokowi dan Gubernur Anies cenderung melemahkan semangat yang dibangun kedua pemimpin pusat dan daerah itu. Narasi buruk tudingan versus pujian menjadi sangat terasa.
Para pejabat dilingkungan kedua petinggi RI Satu dan DKI Satu tentu bisa merasa jengah dengan ulasan konfrontatif terus menerus semacam itu. Padahal perjuangan mengatasi pandemi tengah hebat-hebatnya dijalankan.
Maka kita wajib ingatkan agar “destructive agent” jangan coba-coba kirim “racun” ke Istana, di mana Balaikota justru sedang bekerja atas nama negara dan pemerintah untuk mengobati keselamatan rakyat banyak.
(Pemerhati Sosial)