Oleh:M Rizal Fadillah
SETELAH Stafsus Milenial Andi Taufan Garuda Putra CEO PT Amartha membuat surat berkop Setkab ke camat-camat yang menggegerkan dan berujung permintaan maaf yang bersangkutan, maka kini muncul lagi kegegeran baru Stafus Milenial lain Adamas Belva Syah Devara yang mendapat proyek aplikasi prakerja senilai Rp 5,6 trilyun.
Rupanya istana saat ini ini jadi tempat mainan proyek proyekan anak anak bau kencur. Gayanya disebut stafsus milenial. Staf Khusus yang bergeser menjadi Staf Kasus.
Sejak awal keberadaan Staf Khusus Presiden terutama milenial yang berjumlah 7 orang dari seluruhnya 13 personal, telah menimbulkan masalah. Anak-anak milenial rekrutan Jokowi ini miskin pengalaman ketatanegaraan.
Akibatnya ya seperti yang terjadi belakangan ini "kikuk" dan "gegabah" melaksanakan tugas sebagai orang penting di lingkaran dalam istana. Lebih banyak "mejeng" mengisi ruang etalase ketimbang kerja riel yang benar produktif di lapangan. Lagi pula "staf" kok sudah ada yang merasa seperti "setingkat" Menteri.
Ini baru dua kasus yang muncul dari staf khusus. Jangan jangan masing masing staf sebenarnya sudah ada bagi bagi proyek yang "terstruktur, masif, dan sistematis". Benar juga usulan bahwa harus segera ada audit atas staf khusus Presiden dan Wakil Presiden. Wakil Presiden juga lagi "sumringah" dibolehkan punya sepuluh staf khusus.
Staf khusus bila tak jelas pengawasan dan pekerjaan bisa menjadi jaringan strategis dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Jokowi harus memecat Andi Taufan Garuda Putra atas kesalahan "administrasi" yang merugikan istana. Tidak cukup ditegur. Begitu juga harus membatalkan proyek nepotisme kepada Adamas Belva Syah Devara. Jika Belva sudah siap mundur izinkan untuk mundur dari status staf khusus. Tentu tanpa membawa "take home pay" proyek 5,6 trilyunnya. Kredibilitas Presiden dipertaruhkan karena merekrut anak anak "genit" seperti ini.
Teringat sewaktu pelantikan Presiden bulan Oktober 2019 yang lalu Ki Sabdo mengundang makhluk halus Nyi Loro Kidul, Nyi Blorong, Jin Kahyangan dan lainnya. Para dedemit itu apa ikut atau tidak untuk mengisi ruang istana Presiden. Jika iya memang harus segera dibersihkan dan "diaudit" sebab jika tidak, maka uang negara akan dikuras habis untuk bagi bagi proyek pengisi istana.
Oleh atau termasuk para dedemit itu yang akan ikut berpesta. Dedemit cilik tuyul dan dedemit dewasa genderuwo.[]