GELORA.CO - Iran mengungkapkan pihaknya berhasil meluncurkan satelit militer pertama ke orbit yang memicu protes dari Amerika Serikat.
Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) pada Rabu (22/4) mengungkapkan, satelit "Noor" yang berarti cahaya telah mengorbit 425 km di atas permukaan Bumi. Noor diluncurkan menggunakan pembawa Qased atau "Messenger".
"Peluncur satelit Qased tiga tahap menggunakan kombinasi bahan bakar padat dan cair," ujar IRGC seperti dimuat Reuters.
Menanggapi peluncuran tersebut, AS tampaknya tidak senang. Pentagon juga enggan mengonfirmasi apakah Noor sudah berada di orbit. Menteri Luar Negeri Mike Pompeo bahkan mengutuk peluncuran tersebut.
Keberhasilan Iran untuk melekkan satelit militernya di ruang angka memang sebuah kemajuan besar. Tetapi kemajuan tersebut dikatakan AS sebagai sebuah kemungkinan bagi iran untuk meluncurkan senjata jarak jauh, atau juga hulu ledak nuklir.
"Ini berjalan sangat jauh, yang berarti, ia memiliki kemampuan, sekali lagi, untuk mengancam tetangga mereka, sekutu kami. Dan kami ingin memastikan bahwa mereka tidak pernah dapat mengancam AS," ujar Wakil Ketua Gabungan Kepala Staf, Jenderal Angkatan Udara John Hyten.
Kendati begitu, Teheran langsung menyangkal tudingan AS dan menegaskan bahwa mereka tidak pernah melakukan pengembangan senjata nuklir.
Sementara itu, pada Rabu, Pompeo mengatakan peluncuran satelit militer Iran tidak sesuai dengan resolusi PBB.
Saya pikir setiap negara memiliki kewajiban untuk melapor ke PBB dan mengevaluasi apakah peluncuran rudal ini konsisten dengan resolusi Dewan Keamanan," ujar Pompeo.
"Saya tidak berpikir itu dari jarak jauh, saya pikir Iran perlu bertanggung jawab atas apa yang telah mereka lakukan," tambahnya. (Rmol)