GELORA.CO - Seorang mantan penulis media sampah seword bernama Khairrubi membuat pengakuan diperintah kakak pembina menulis dengan menghina ulama, habaib, Anies Baswedan dan memuja-muji Joko Widodo (Jokowi).
Pengakuan Khairrubi itu ditulis di akun Facebook-nya Az Zumar.
Berikut ini pengakuan Khairrubi:
(Saat jadi kontributor Seword)
Sudah pernah nulis tentang hal ini berkali-kali. Yup, gue adalah mantan Ahoker Jokower garis keras. Kok bisa? Anggap aja kepeleset, karena hidup gak selalu berjalan mulus.
2 agustus 2017, gue masih jadi kontributor di portal opini Seword. Tugas dari kakak pembina cuma satu, disuruh muja-muji Jokowi. It’s very easy for me. Tak lama kemudian lahir tulisan yang berjudul, “Jokowi yang membumi, berani dan begitu percaya diri”.
Selanjutnya, mulai gue memproduksi narasi mengelu-elukan Jokowi. Tulisan dishare ebong kesana-kemari, gue dapat pujian sebagai ‘penjaga NKRI’. Beberapa Ahoker betina ngefans sama tulisan gue, meminta nomor WA, ngajak ketemuan. Skip aja bagian ini.
Pertengahan september 2017, saat mulai blusukan ke berbagai penjuru negeri, diri ini mulai berubah haluan. Dengan mata kepala sendiri gue melihat keadaan para petani karet dan sawit yang miskin papa akibat harga jual komoditi tersebut anjlok dipasaran. Ah, ternyata agitasi kakak pembina Seword cuma halusinasi semata. Mana ada petani sejahtera? Itu hanya cuap-cuap buzzer bayaran penguasa.
Blusukan hingga kekampung terpencil membuat gue melihat realita, merubah paradigma dalam memandang kebijakan penguasa. Ternyata ucapannya di media tak linier dengan kondisi dilapangan. Sejatinya, banyak bukti yang hendak gue sajikan, namun terbentur dengan kode etik pekerjaan. Karena hasil riset tak bisa dipublish sembarangan.
Maret 2018, gue bongkar habis jeroan Seword. Bagaimana mereka bekerja, berapa honor yang didapat oleh kontributor, hingga cara mereka menggoreng sebuah isu untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari isu utama. Tulisan gue jadi viral, bahkan ketua umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin membacanya dan mengirim pesan via messenger. Beliau sampaikan apresiasi sambil bertanya, “BZH itu apa?” Gue jelaskan dengan singkat, padat, jelas.
April 2020, alhamdulillah gue sudah punya ini dan itu, bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi. Sementara kontributor Seword masih gitu-gitu aja hidupnya. Tinggal dikost-kostan kumuh, ngopi dari gelas plastik sambil mengetik narasi agitatif. Apa tema tulisan mereka? Seputar menjelek-jelekkan ajaran Islam, habaib dan ulama. Last but not least, target utama sudah barang tentu Anies Baswedan. Berapa yang mereka hasilkan dari memproduksi fitnah itu? Hehehe… hanya cukup buat makan pecel Lamongan.
Saat gue mempublish modus operandi Seword, mereka kebakaran jenggot. Akun gue seketika dikunci, tapi beberapa tulisan lama masih tetap muncul sampai sekarang. Gue sih santai aja, biarkan menjadi jejak digital perjalanan hidup. Tak mau menyebutnya sebagai hijrah, tapi sebuah proses menemukan ghirah. (BZH)
———
Foto gue waktu liburan di Bali tahun 2019 dicomot admin Seword. Yang jelas sejak september 2017, gue tak pernah lagi menulis disana. Kapok gue menghina ulama dan habaib, bikin miskin cuy! Gak percaya? Coba aja. 😁😁😁