GELORA.CO - Mundurnya dua Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Adamas Belva Syah Devara dan Andi Taufan Garuda Putra menunjukan citra yang sebenarnya dari Istana.
Begitulah konklusi dari Pengamat Politik dari Universitas Nasional (UNAS) Andi Yusran kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (25/4).
Pasalnya, Andi Yusran melihat bahwa mundurnya dua staf milenial tersebut ada kaitannya dengan keterlibatan perusahaan mereka, yakni Ruangguru dan juga Amartha dalam program insentif ekonomi dalam penanganan virus corona baru (Covid-19).
"Mundur karena ada kaitannya dengan perbenturan kepentingan. Ini mengindikasikan bahwa rekruitmen Staf Khusus milenial tersebut kurang cermat," ungkap Andi Yusran.
Lebih lanjut, Andi Yusran menilai demikian karena mengamati kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Menurutnya, dari awal pembentukan Stafsus Milenial ini, Istana seolah membuat satu pertunjukan yang layak ditonton.
"Publik memang disuguhkan dengan drama singkat Istana ketika ‘tiba-tiba’ nama milenialis tersebut dipublish ke publik, tanpa transparansi rekruitmen dan miskin info tentang kompetensi mereka," papar Andi Yusran.
"Belakangan diketahui sebagian milenial tersebut adalah pemilik perusahaan dan dari keluarga pemilik jaringan televisi," tambahnya.[rmol]