GELORA.CO - Aksi Presiden Joko Widodo membagi-bagikan sembako kepada masyarakat di jalanan terus menuai reaksi beragam.
Pasalnya, maksud baik kepala negara itu dinilai paradoks dengan kebijakan yang dikeluarkannya sendiri yakni physical distancing (jaga jarak fisik) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Begitu disampaikan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, Senin (13/4).
"Paradoks. Satu sisi disuruh jaga jarak tapi di sisi lainnya pemberian sembako dikumpulin," kata Adit Prayitno.
Pengamat politik jebolan UIN Syarief Hidayatullah Jakarta ini menyayangkan aksi bagi-bagi sembako tersebut. Sebab, Presiden sedianya punya perangkat yang lengkap untuk mendistribusikan sembako kepada masyarakat yang terdampak virus corona (Covid-19).
"Mestinya itu tidak terjadi. Presiden punya instrumen untuk memberikan sembako langsung ke rumah warga. Bukan dikumpulin di satu tempat," tuturnya.
Lebih lanjut, Adi Prayitno menyarankan itikad baik Jokowi harusnya sesuai protokol kesehatan pemerintah itu sendiri. Yakni dengan tetap menjaga jarak dan menghindarkan kerumunan.
"Mestinya pemberian sembako diantar ke rumah masing-masing warga. Biar warga tidak keluyuran sekedar antri sembako," pungkasnya.
Presiden Jokowi sebelumnya membagi-bagikan sembako kepada masyarakat di jalanan di kawasan Harmoni Jakarta dan Bogor, Jawa Barat. Namun, aksi tersebut justru mengumpulkan banyak orang yang ingin mendapatkan sembako dari sang presiden. [rm]