GELORA.CO - Pandemik virus corona baru (Covid-19) mendorong ekonomi Korea Selatan ke dalam kontraksi terbesar sejak 2008 pada kuartal pertama tahun ini.
Menurut bank sentral pada Kamis (23/4), produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan menurun sebesar 1,4 persen pada kuartal pertama dari tiga bulan sebelumnya.
Seiring dengan adanya pemberlakuan isolasi diri, penutupan bisnis, dan tempat pariwisata, konsumsi swasta menyusut hingga 6,4 persen. Angka tersebut adalah yang terburuk sejak kontraksi 13,8 persen pada kuartal pertama 1998, selama krisis keuangan Asia.
"Ekonomi kemungkinan akan berkontraksi untuk setidaknya seperempat lagi karena masa-masa sulit akan berlanjut untuk ekspor," ujar seorang ekonom di KB Bank, Moon Jung-hui.
"Konsumsi akan membaik terutama pada peningkatan pengeluaran fiskal, tetapi ekspor barang-barang utama termasuk produk petrokimia akan menderita," lanjutnya seperti dimuat CNA.
Ekonomi Korea Selatan sendiri mulai lumpuh sejak akhir Januari, ketika adanya laporan kasus infeksi virus corona baru pertama. Akibatnya, pemerintah harus memberlakukan aturan pembatasan gerak yang membuat bisnis dan toko ditutup.
Pada Minggu (19/4), pemerintah mulai melonggarkan beberapa aturan jarak sosial. Namun, ancaman resesi pertama sejak 2003 tetap nyata karena pandemik menghambat pemulihan ekspor.
Data pada kamis menunjukkan, ekspor turun sebanyak 2 persen dari kuartal keempat, sementara investasi konstruksi dan investasi modal masing-masing naik sebesar 1,3 persen dan 0,2 persen.
Ekspor untuk 20 hari pertama April anjlok hampir 27 persen dalam setahun. Angka tersebut sangat dipengaruhi oleh kuncian yang dilakukan oleh Eropa dan Amerika Serikat.
Tekanan pada ekonomi Korea Selatan diperkirakan akan bertahan selama beberapa bulan mendatang, dengan jajak pendapat Reuters yang memprediksi produk domestik bruto menyusut 0,1 persen tahun ini. Dana Moneter Internasional (IMF) melihat kontraksi 1,2 persen lebih besar. (Rmol)