GELORA.CO - Rumah sakit di New York telah dibanjiri dengan banyaknya pasien virus corona yang jumlah kasusnya makin meningkat menjadi 33.768 infeksi dikonfirmasi dan 776 orang telah meninggal.
Baru-baru ini viral video yang memperlihatkan bagaimana rumah sakit di New York menangani jenazah pasien virus corona. Termasuk menggunakan truk pendingin sebagai kamar mayat sementara karena kamar jenazah di RS sudah tidak bisa menampung.
Seperti yang direkam oleh salah satu pria di depan Rumah Sakit Brooklyn di Fort Greene, Brooklyn. Tampak para pekerja rumah sakit memindahkan mayat ke truk perpendingin.
"Ini benar-benar nyata. Ini di Brooklyn. Ini mungkin membuat Anda ingin menanggapinya (COVID-19) dengan serius," kata seseorang yang memvideokan momen tersebut.
Video lain yang dibagikan oleh seorang pekerja rumah sakit Mount SInai menunjukkan staf berdiri di luar dengan tandu yang membawa jenazah. Pekerja dalam video mengatakan mereka sedang bersiap untuk memuat mayat-mayat ke dalam truk berpendingin.
Media The Independent telah menghubungi Pusat Rumah Sakit Brooklyn dan Mount Sinai untuk mengomentari video yang beredar. Namun belum ada tanggapan secara resmi dari keduanya.
Rumah sakit di New York City telah memasang truk-truk ini di luar gedung mereka sebagai kamar mayat sementara selama pandemi. Truk-truk ini sebelumnya digunakan selama serangan teroris 9/11.
CNN melaporkan, alasan di balik penggunaan truk ini adalah ketidakmampuan rumah sakit untuk menampung peningkatan jumlah mayat di kamar mayat mereka. Rumah Sakit Brookdale di Brooklyn, misalnya, hanya dapat menampung 20 mayat di kamar mayatnya, jadi ia terpaksa juga menempatkan truk berpendingin di luar gedungnya.
"Hal yang lebih menakutkan adalah keluarga tidak bisa menjemput jenazah dengan normal saat kehilangan anggota keluarganya," kata Khari Edwards, wakil presiden urusan eksternal rumah sakit kepada CNN.
Rumah Sakit Bellevue di Manhattan juga menempatkan truk di luar gedungnya. Saat ini, jumlah terinfeksi virus corona di Amerika Serikat telah melampaui angka China dan Italia dengan kasus mencapai lebih dari 100.000 orang.(*)