GELORA.CO - Berbicara tentang akhir zaman terkait motivasi Al Qur’an Surat An Nazi’at ayat 42-45 sebagai berikut.
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا
(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapan kah terjadinya?
فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا
Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)?
إِلَىٰ رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا
Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).
إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرُ مَنْ يَخْشَاهَا
Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit).
Sebagaimana penjelasan terkait dengan tanda-tanda besar kiamat yang berjumlah 10. Dan para ulama berbeda-beda dalam memahami urutan tanda-tanda tersebut, maka yang kita ambil adalah urutan yang dimulai dengan munculnya;
1. Dukhon
2. Dajjal
3. Turunnya Isa
4. Muncul Ya’juj Ma’juj
5-7. Munculnya Gempa di Timur Barat dan Jazirah Arab
8. Munculnya Binatang Melata dari Perut Bumi
9. Munculnya Api Besar dari Yaman
10. Terbitnya Matahari dari Barat.
Apa pun urutannya, yang jelas 10 tanda besar itu akan muncul mengiringi hancurnya alam semesta ini dan yang mana pun muncul duluan, pasti akan diikuti yang lain dengan cepat.
Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
اْلآيَاتُ خَرَزَاتٌ مَنْظُوْمَاتٌ فِيْ سِلْكٍ، فَإِنْ يُقْطَعِ السِّلْكُ؛ يَتْبَعْ بَعْضُهَا بَعْضًا
Tanda-tanda (Kiamat) bagaikan mutiara yang terangkai di dalam seutas benang, jika benang itu diputus, maka sebagiannya akan mengikuti sebagian yang lain (dengan cepat).
Maka di bagian tulisan “Kajian Akhir Zaman Yang Menggetarkan Hati Yang Beriman” bagian ketiga ini, kita bahas tentang dukhon.
Apa itu dukhon atau asap? Apa penyebabnya?
Tentu hal ini masalah ghaib, tapi kalau digali dari berbagai nash dan riwayat sebagai berikut;
فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ ۖ هَٰذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ
Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (QS Ad Dukhkhon: 10-11).
Dan lanjutan Firman-Nya di ayat 16 surat yang sama.
يَوْمَ نَبْطِشُ الْبَطْشَةَ الْكُبْرَىٰ إِنَّا مُنْتَقِمُونَ
(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah Pemberi balasan.
Ali bin Abi Thalib mengatakan, dukhan belum terjadi, orang mukmin akan menjadi seperti orang pilek. Lalu asap ini menghembus orang kafir, sampai binasa. (Tafsir Ibn Katsir, 7/249).
Dalam riwayat Hudzaifah Nabi Muhammad pernah bersabda, “Dukhan itu memenuhi timur dan barat. Tinggal selama 40 hari. Untuk orang mukmin, mereka terkena paparan sehingga seperti orang pilek. Sementara orang kafir, seperti orang mabuk. (Tafsir at-Thabari, 25/68).
Dan setelah gelap selama 40 hari, maka bumi mengalami cuaca yang kacau selama tiga tahun;
Sesungguhnya sebelum keluarnya Dajjal adalah tempo waktu tiga tahun yang sangat sulit, pada waktu itu manusia akan ditimpa kelaparan yang sangat. Allah memerintahkan kepada langit pada tahun pertama darinya untuk menahan 1/3 dari hujannya dan memerintahkan kepada bumi untuk menahan 1/3 dari tanamannya. Kemudian Allah memerintahkan pada langit pada tahun kedua darinya agar menahan 2/3 dari hujannya dan memerintahkan bumi untuk menahan 2/3 dari tanamannya. Kemudian pada tahun ketiga darinya Allah memerintahkan kepada langit untuk menahan semua air hujannya, sehingga ia tidak meneteskan setitik air pun dan memerintahkan bumi agar menahan seluruh tanamannya, maka setelah itu tidak tumbuh satu tanaman hijau pun dan semua binatang berkuku akan mati kecuali yang tidak dikehendaki oleh Allah. Para Sahabat bertanya, “Dengan apa manusia akan hidup pada masa itu?” Beliau menjawab, “Tahlil, takbir, tasbih dan tahmid akan sama artinya bagi mereka dengan makanan. (Ibnu Majah, Al-Hakim dan Adh-Dhiya Al-Maqdisi dishahihkan oleh Al-Albani).
Kira-kira kapan terjadinya dukhon?
Ada yang mengaitkan dengan suara keras di pertengahan Ramadan di malam Jumat sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh Nu’aim bin Hammad di dalam kitab Al-Fitan I/228, No. 638, dan Alauddin Al-Muttaqi Al-Hindi di dalam kitab Kanzul ‘Ummal, No. 39627. Hadis ini secara sanad dianggap bermasalah bahkan la ashla lahu/tidak ada asal usulnya). Namun matan hadis itu bisa dikaitkan dengan hadis dukhon dan hujan asam, maka bisa digunakan sebagai pertimbangan persiapan diri menuju kiamat.
Ini teks lengkapnya;
قَالَ نُعَيْمٌ بْنُ حَمَّادٍ : حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ عَنِ ابْنِ لَهِيعَةَ قَالَ : حَدَّثَنِي عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ حُسَيْنٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنِ الْحَارِثِ الْهَمْدَانِيِّ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : “إذا كانَتْ صَيْحَةٌ في رمضان فإنه تكون مَعْمَعَةٌ في شوال، وتميز القبائل في ذي القعدة، وتُسْفَكُ الدِّماءُ في ذي الحجة والمحرم.. قال: قلنا: وما الصيحة يا سول الله؟ قال: هذه في النصف من رمضان ليلة الجمعة فتكون هدة توقظ النائم وتقعد القائم وتخرج العواتق من خدورهن في ليلة جمعة في سنة كثيرة الزلازل ، فإذا صَلَّيْتُمْ الفَجْرَ من يوم الجمعة فادخلوا بيوتكم، وأغلقوا أبوابكم، وسدوا كواكـم، ودَثِّرُوْا أَنْفُسَكُمْ، وَسُـدُّوْا آذَانَكُمْ إذا أَحْسَسْتُمْ بالصيحة فَخَرُّوْا للهِ سجدًا، وَقُوْلُوْا سُبْحَانَ اللهِ اْلقُدُّوْسِ، سُبْحَانَ اللهِ اْلقُدُّوْسِ ، ربنا القدوس فَمَنْ يَفْعَلُ ذَلك نَجَا، وَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ هَلَكَ
Nu’aim bin Hammad berkata: “Telah menceritakan kepada kami Abu Umar, dari Ibnu Lahi’ah, ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Abdul Wahhab bin Husain, dari Muhammad bin Tsabit Al-Bunani, dari ayahnya, dari Al-Harits Al-Hamdani, dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: “Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal, kabilah-kabilah saling bermusuhan (perang antar suku) di bulan Dzul Qa’dah, dan terjadi pertumpahan darah di bulan Dzul Hijjah dan Muharram.
Kami bertanya: “Suara apakah, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Jumat, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jumat di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah melaksanakan salat Subuh pada hari Jumat, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian.
Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah: “Mahasuci Allah Al-Quddus, Mahasuci Allah Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus”, karena barangsiapa melakukan hal itu, niscaya ia akan selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu, niscaya akan binasa.
Namun demikian, hari Jumat di pertengahan Ramadhan tidak hanya terjadi pada 8 Mei tahun 2020. Itu bisa saja terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dan yang akan datang. Jadi tidak perlu memastikan sesuatu yang ghaib terkait waktu kejadiannya. Apalagi hadis di atas masih diperselisihkan di kalangan ulama.
Tetap jika melihat matannya tanpa bicara sanad dan dirangkai dengan riwayat-riwayat lainnya, bisa diambil kesimpulan bahwa:
1. Dukhon itu asap yang membentuk awan sebagai hasil dari adanya meteor yang menabrak bumi. Dan asap itu menyebabkan adanya pilek saja bagi orang yang beriman namun menyebabkan penyakit parah bagi orang kafir. Kenapa?
2. Karena tabrakan meteor itu terjadi di bulan Ramadhan (riwayat suara keras di bulan Ramadhan dan surat Ad Dukhon), di mana orang beriman lagi berpuasa dan hal itu memberikan kekebalan fisik mereka. Berbeda dengan orang kafir.
3. Dan asap awan itu menyebabkan terjadi turun hujan di berbagai belahan bumi, namun hujan itu tidak menumbuhkan apa-apa, karena air hujannya tingkat keasamannya tinggi.
Seperti diriwayatkan dari Anas, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُمْطَرَ النَّاسُ مَطَرًا عَامًّا وَلاَ تُنْبِتُ اْلأَرْضُ شَيْئًا
Tidak akan tiba hari Kiamat hingga manusia dihujani dengan hujan secara merata, tetapi bumi tidak menumbuhkan sesuatu. (Musnad Ahmad III/140, Muntakhab Kanz).
Dan itulah selama tiga tahun terjadi masa paceklik seperti diungkap riwayat Abi Umamah di atas.
Itulah kesimpulan awal terkait dukhon dan ledakan. Adapun kapan terjadinya dukhon tidak penting, karena memang tidak ada dalil yang kuat untuk informasi waktu kejadiannya. Yang terpenting adalah apa yang harus dilakukan jika hal itu terjadi.
Jika sudah terjadi demikian maka banyaklah berzikir dan berdoa, seperti doanya Dzun Nun yaitu Yunus alaihis salam.
دَعْوَةُ ذِى النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِى بَطْنِ الْحُوتِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ
Doa Dzun Nun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: “Laa ilaaha illaa anta, subhaanaka, innii kuntu minaz zaalimiin.” (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau (ya Allah), Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat zalim/aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah, melainkan Allah kabulkan baginya.” (At-Tirmizi).
Dan juga banyak membaca tahlil tahmid takbir dan tasbih seperti saran Nabi Muhammad kepada sahabat-sahabatnya dalam riwayat Abi Umamah.
Wallahu A’lam.
https://suaramuslim.net/terjadi-ledakan-di-pertengahan-ramadhan-kajian-akhir-zaman-tentang-dukhon/