GELORA.CO - Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memastikan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Secara kumulatif, ekonomi akan tumbuh di kisaran minus 2 persen hingga dua persen pada tahun ini. Estimasi tersebut dihitung berdasarkan skenario paling optimistis.
Sementara skenario pesimistis, CORE menilai, peluang ekonomi tumbuh positif akan sangat kecil.
Direktur Eksekutif CORE Mohammad Faisal menuturkan, skenario optimistis yang dimaksud yakni pemerintah dapat melakukan upaya lebih ketat untuk menekan penularan wabah corona seperti yang dilakukan China. Di antaranya, melakukan lockdown dan melakukan tes massal dengan mendatangi masyarakat secara langsung maupun blusukan.
"Puncak tekanan ekonomi diperkirakan terjadi pada kuartal kedua, dan setelahnya (kuartal ketiga dan keempat) akan masuk masa pemulihan. CORE Indonesia memprediksikan ekonomi Indonesia secara kumulatif tumbuh di kisaran minus 2% hingga 2%," kata Faisal dalam keterangan tertulis, Ahad (29/3/2020).
Kendati demikian, Faisal mengungkapkan, kondisi itu akan makin parah apabila penyebaran wabah corona di Indonesia berlangsung lebih dari dua kuartal dan negara-negara yang menjadi mitra utama ekspor kita mengalami hal yang sama. Dalam kondisi ini, tekanan permintaan domestik dan global akan lebih lama, sehingga ekonomi Indonesia sulit tumbuh positif.
Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan sangat dipengaruhi dua faktor. "Seberapa besar dampak yang ditimbulkan oleh penyebaran wabah Covid-19 dan seberapa cepat respons untuk menanggulanginya," katanya.
Tidak hanya angka pertumbuhan ekonomi yang makin terpuruk, Faisal menyebutkan, pandemi Covid-19 juga berpotensi mendorong peningkatan angka pengangguran dan kemiskinan. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat jumlah penduduk di sekitar garis kemiskinan di Indonesia masih sangat tinggi, meskipun persentase penduduk di bawah garis kemiskinan mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.
Per Maret 2019, penduduk rentan miskin dan hampir miskin di Indonesia mencapai 66,7 juta orang, atau hampir tiga kali lipat jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan (golongan miskin dan sangat miskin). "Sebagian besar dari golongan ini bekerja di sektor informal, termasuk yang mengandalkan upah harian," ujarnya.
Jika penanganan pandemi corona berlangsung lama, periode pembatasan dan penurunan mobilitas orang akan semakin panjang. Dampaknya, golongan rentan miskin dan hampir miskin yang bekerja di sektor informal serta mengandalkan upah harian akan sangat mudah kehilangan mata pencaharian. Efek berikutnya, mereka berpotensi jatuh ke bawah garis kemiskinan. (*)