GELORA.CO - Pemerintah RRT mengecam pernyataan Mario Vargas Llosa, seorang sastrawan asal Peru. Dalam sebuah tulisannya, pemenang Nobel Sastra 2010 itu menyalahkan China sebagai asal-usul pandemi virus corona.
Beijing pun bereaksi keras, menyebut pendapat itu tidak bertanggung jawab dan menuduh.
"Kami menghormati kebebasan berekspresi, tetapi itu tidak berarti menerima fitnah dan stigmatisasi yang sewenang-wenang," kata Kedutaan Besar China untuk Peru dalam sebuah pernyataan, melansir AFP, Selasa (17/3).
Kedutaan Besar China meminta Llosa tidak mengeluarkan pernyataan yang mengandung unsur fitnah.
"Kedutaan meminta Vargas Llosa sebagai tokoh publik, untuk tidak menyebarkan pendapat yang tidak bertanggung jawab dan berprasangka yang tidak memiliki tujuan," lanjut Kedutaan China.
Mario Vargas Llosa menulis dalam artikel di surat kabar Spanyol; El Pais, dan La Republica di Peru. Dalam tulisannya ia mengatakan seandainya China adalah negara demokrasi maka wabah virus corona tidak akan seseram ini.
"Semua ini tidak akan terjadi (wabah virus corona), jika China melepaskan kediktatorannya dan menjadi demokratis," tulis Llosa
Pendapat Llosa itu menimbulkan kecaman keras dari negara satu partai ini.
Penulis sastra berusia 83 tahun itu juga menyebutkan, selama ini pemerintah China tidak transparan dan menyembunyikan informasi serta membungkam kebenaran.
"Mereka menahan semua informasi, seperti sebuah kediktatoran," tulis Llosa.
Sebelumnya, menanggapi beberapa tuduhan atas negaranya, pejabat China telah mempromosikan teori konspirasi liar, bahwa virus corona baru berasal dari Amerika Serikat (AS).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian melalui Twitter pada minggu lalu mengatakan; "Mungkin tentara AS yang membawa epidemi (COVID-19) ke Wuhan."[rmol]