GELORA.CO - Penuhnya penumpang maskapai penerbangan Garuda Indonesia di tengah wabah virus corona (Covid-19) tempo hari dan diiringi gejolak ekonomi seperti sekarang ini, dinilai mirip seperti tahun 1998.
Sebab, ketika krisis 22 tahun silam itu, banyak warga Indonesia yang pergi ke luar negeri untuk mengevakuasi diri.
Demikian disampaikan Ketua Majelis ProDEM, Iwan Sumule, Sabtu (21/3).
"Sepertinya begitu. Nah, tanda-tanda perubahan segera terjadi. Mirip Mei 1998. Buat segenap anak ibu pertiwi, its now or never!" kata Iwan Sumule.
Dia berpandangan, melihat kondisi ekonomi dalam negeri saat ini terbilang mengkhawatirkan. Jika ekonomi bergejolak, sambungnya, kondisi sosial secara otomatis mengikuti.
"Kondisi ekonomi yang semakin memburuk, dikuatirkan akan terjadi gejolak sosial yang tidak terkendali," tutur Iwan Sumule.
Terlebih, lanjut Iwan Sumule, Menteri Keuangan Sri Mulyani (SMI) telah menyampaikan kekhawatirannya bahwa pertumbuhan ekonomi berpotensi 0 persen. Pernyataan tersebut membuat masyarakat Indonesia justru semakin khawatir.
"Kita ini sebenarnya sudah alami krisis. Menkeu saja sudah menyampaikan kekuatiran bahwa pertumbuhan ekonomi bisa 0 persen. Dan ini semakin membuat rakyat dan juga pelaku ekonomi sangat kuatir karena pernyataan Menkeu SMI ini," ujarnya.
Kendati begitu, Iwan Sumule juga menilai ada kemungkinan lain terkait berbondong-bondongnya warga Indonesia ke Singapura lantatan negara tersebut dianggap aman dan berhasil menangani wabah corona.
Sebab, penanganan virus tersebut dalam negeri masih rentan karena pemerintah gagap menyikapinya.
"Ada kekuatiran semakin merebaknya virus China (Covid-19). Tampak cara penangannya belum terkoordinasi dengan baik. Daerah-daerah tampak jalan sendiri-sendiri. Dan Singapura saat ini cukup sukses dalam penangan penyebaran pandemik virus ini," pungkasnya.
Sebelumnya, negara Singapura beberapa hari terakhir memperketat traveler (pengunjung) yang masuk ke negaranya. Pada Senin (16/3) mulai pukul 12 malam, para traveler yang baru melakukan perjalanan ke negara-negara ASEAN, Jepang, Swiss hingga Inggris dalam 14 hari terakhir diminta untuk melakukan karantina diri.
Namun, aturan tersebut justru berbeda dirasakan maskapai PT Garuda Indonesia. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengaku kaget bahwa penumpang maskapai Garuda Indonesia sempat membludak, pesawat tiba-tiba penuh penumpang yang ingin menuju Singapura.
"Kami juga cukup kaget juga ketika diumumkan misalnya Singapura akan mengenakan siapapun yang masuk per tanggal tertentu waktu itu kalau nggak salah hari Selasa masuk akan kena isolasi 14 hari sampai sebelumnya tiba-tiba full pesawat kita malah kita tambah kalau dengan permintaan untuk terbang ke Singapura lewat pakai Garuda tinggi sekali hari itu," kata Irfan Setiaputra beberapa waktu lalu. (rm)